Rais Aam PBNU Copot Charles Holland Taylor dari Penasihat Gus Yahya

- Rais Aam PBNU mencopot Charles Holland Taylor sebagai Penasihat Khusus Ketua Umum PBNU untuk Urusan Internasional
- Pertimbangan pencopotan tidak dijelaskan, sementara desakan agar Gus Yahya mundur juga terjadi
- Kehadiran Zionisme Internasional dalam AKN NU menjadi alasan pelaksanaan AKN NU dengan narasumber kontroversial di tengah isu genosida Israel
Jakarta, IDN Times - Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Miftachul Akhyar mencopot Charles Holland Taylor sebagai Penasihat Khusus Ketua Umum PBNU untuk Urusan Internasional Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya.
Pencopotan Charles tercantum dalam salinan surat edaran tertanggal 22 November 2025 kepada Pengurus Wilayah NU, Pengurus Cabang NU, dan Pengurus Cabang Istimewa NU se-Indonesia. Surat edaran diteken oleh Miftachul Akhyar.
Pencabutan mandat tersebut sebagai tindak lanjut hasil keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU, 20 November 2025 dan berdasarkan ketentuan dalam Bab XVIII Pasal 57, 58, 61, 64, 67 Anggaran Rumah Tangga NU.
"Kami selaku Rais Aam PBNU menyatakan mencabut tanda tangan dalam Surat Keputusan PBNU Nomor 3137/PB.01/A.II.01.71/99/12/2024 tentang Penetapan Penasihat Khusus Ketua Umum PBNU untuk Urusan Internasional," bunyi surat edaran bertanda tangan Miftachul Ahyar.
1. Pertimbangan pencopotan tak dijelaskan

Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf membenarkan surat edaran tersebut. Namun ia tidak mengetahui apa pertimbangan Rais Aam memecat Charles.
“Iya benar (surat edaran tersebut). Untuk pertimbangan silakan tanya langsung Rais Aam,” kata pria yang disapa Gus Ipul saat dihubungi Minggu (23/11/2025).
Sementara itu, Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla enggan mengomentari soal pencopotan Charles Holland.
“No comment,” kata Ulil saat ditemui di Gedung PBNU, Jakarta, Minggu (23/11/2025).
2. Pencopotan Charles bersamaan desakan agar Gus Yahya mundur

Pencopotan Charles Holland Taylor ini bersamaan dengan desakan agar Gus Yahya mundur. Gus Yahya diminta mundur berdasarkan kesimpulan hasil rapat harian Syuriyah PBNU yang beredar di grup percakapan sejumlah awak media dan media sosial.
Sesuai dengan petikan hasil rapat itu berjudul ‘Risalah Rapat Harian Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’, rapat itu digelar di Hotel Aston Jakarta, pada Kamis (20/11/2025). Rapat harian itu dihadiri oleh 37 orang dari total 53 pengurus harian Syuriyah PBNU.
Dalam surat itu, terdapat dua poin penting hasil keputusan rapat. Yaitu, "Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU dalam waktu 3 hari sejak diterimanya keputusan rapat Harian Syuriyah PBNU," demikian tertulis dalam risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU yang ditandatangani oleh Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar, pada Jumat (21/11/2025).
3. Kehadiran Zionisme Internasional dalam AKN NU

Jika Yahya Staquf tidak mengundurkan diri dalam waktu tiga hari, Syuriyah PBNU akan memberhentikannya dari jabatan Ketua Umum PBNU.
Di dalam surat itu disebutkan bahwa peserta rapat menilai kehadiran narasumber yang berafiliasi dengan jaringan Zionisme Internasional dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) telah melanggar nilai dan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah. Tindakan itu juga bertentangan dengan Muqaddimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama.
Menurut Syuriyah PBNU, pelaksanaan AKN NU dengan narasumber kontroversial di tengah isu genosida Israel dianggap melanggar Peraturan Perkumpulan NU Nomor 13 Tahun 2025 khususnya Pasal 8 huruf a mengenai pemberhentian fungsionaris yang mencemarkan nama baik NU.
Sebelum rapat harian itu, pengurus PBNU memang sempat mengundang peneliti Zionis Peter Berkowitz di AKN NU, pada pertengahan Agustus 2025. Berkowitz beberapa kali menerbitkan buku yang isinya mendukung Israel.
Ia pernah menulis buku berjudul 'Israel and the Struggle over the International Laws of War (2012)'. Buku ini diterbitkan oleh Hoover Institution Press. Isinya, membela Israel terhadap berbagai kritik hukum internasional seperti Goldstone Report dan insiden flotila Gaza.
Dalam klarifikasinya, Yahya Cholil Staquf mengaku tidak mengetahui jika Berkowitz kerap membela gerakan Zionis di Palestina. Selama mengenal Berkowitz hampir lima tahun, kata dia, belum pernah ada pembahasan mengenai hal itu.
“Jadi, saya mohon maaf sekali kepada masyarakat bahwa saya membuat keputusan tanpa pertimbangan yang teliti dan lengkap terkait Peter Berkowitz ini," kata dia, beberapa waktu lalu.
Meski begitu, Yahya memastikan bahwa kedatangan Peter Berkowitz murni untuk menjelaskan soal konsep hak asasi manusia yang sudah ditelitinya.
















