Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
 (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi media sosial yang digunakan anak muda. (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • 22 persen responden sebut protes di medsos bentuk ekspresi langsung ketidakpuasan terhadap pemerintah

  • Lebih dari 50 persen anak muda menganggap demo #IndonesiaGelap kredibel

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Anak-anak muda Indonesia kini menyuarakan aspirasi dan pandangan politik mereka tidak semata-mata dengan turun ke jalan. Justru aksi turun ke jalan dipicu dari sikap tidak puas yang disampaikan lewat media sosial dan tidak diakomodir pemangku kebijakan. Itu merupakan salah satu temuan penting dari Indonesia Millennial and Gen Z Report (IMGR) 2026.

Millennials dan Gen Z menepis persepsi umum yang menyebut mereka apatis terhadap politik. Bahkan, kini mereka secara aktif membuat konten untuk menjelaskan dengan bahasa mereka sendiri kebijakan pemerintah yang dinilai kontroversial.

"Di tengah kerumitan birokrasi, mereka menawarkan kejelasan. Di tengah sikap apatis, mereka menawarkan komunitas," demikian isi IMGR 2026 yang dikutip pada Rabu (27/8/2025).

Itu sebabnya sejumlah inisiatif seperti program Gen Z Memilih by IDN Times, Malaka Project, Think Policy, dan What Is Up Indonesia (WIUI) menonjol. Keempat platform tersebut memiliki kesamaan yakni menawarkan pendidikan ke publik yang jujur, manusiawi, dan kritis.

"Bagi Milenial dan Gen Z, memahami suatu kebijakan bukan sebuah kepentingan bagi kelompok tertentu saja. Ini merupakan bentuk nyata partisipasi," kata laporan IMGR 2026.

Hasil riset IMGR 2026 disusun pada periode Februari hingga April 2025. IDN Research Institute melakukan riset dengan melibatkan 1.500 responden yang tersebar di 12 kota di Indonesia. Jumlah responden dibagi merata untuk kelompok usia millennials dan gen Z. Penelitian itu menggabungkan survei kuantitatif dengan wawancara kualitatif.

IDN Research Institute juga menggandeng content creator, pendidik, pemimpin jenama, dan para ahli untuk mendapatkan sudut pandang yang nyata serta memperkaya data.

1. 22 persen responden sebut protes di medsos bentuk ekspresi langsung ketidakpuasan terhadap pemerintah

ilustrasi media sosial (unsplash.com/William Hook)

Temuan lain yang penting yakni 22 persen responden mengatakan protes yang disampaikan melalui dunia maya merupakan bentuk nyata ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah dan pemangku kebijakan. Sering kali kebijakan yang disampaikan ke ruang publik tidak memihak kepada rakyat.

"Aksi protes publik hari-hari ini tidak selalu turun dan memenuhi jalan-jalan, melainkan lewat lini masa media sosial. Dari memes hingga karousel berupa explainers, dan penggunaan tagar. Alhasil, aksi protes menjadi viral dan terbaca oleh sistem alogaritma," demikian hasil penelitian IMGR 2026.

Bagi Milenial dan Gen Z, aktivisme hidup di grup-grup chat, muncul lewat komentar, dan meraih perhatian lewat momentum bersamaan yang muncul di dunia maya.

"Ini bukan bentuk ketidakpedulian, melainkan contoh kepedulian baru," kata IMGR 2026.

2. Lebih dari 50 persen anak muda menganggap demo #IndonesiaGelap kredibel

BEM dari sejumlah kampus se-Kota Makassar menggelar unjuk rasa bertajuk Indonesia Gelap, Jumat (21/2/2025). IDN Times/Darsil Yahya

Di dalam IMGR juga membahas mengenai fenomena aksi protes yang meluas di Tanah Air dan menggunakan tagar #IndonesiaGelap. Ketika itu banyak warga yang menggunakan foto dengan latar belakang hitam dan simbol garuda abu-abu sebagai profil di akun perpesanan atau media sosial.

Foto profil itu seolah menggantikan banner yang rutin dibawa tiap kali melakukan aksi protes. Ruang digital seolah menjadi arena publik baru selain turun ke jalan.

Berdasarkan laporan IMGR sebanyak 61 persen millennials dan 60 persen Gen Z memandang aksi protes #IndonesiaGelap adalah bentuk protes yang kredibel.

"Gerakan #IndonesiaGelap bukan sekedar memicu kebisingan, tetapi alat untuk membaca suara publik. Di balik penggunaan meme dan tagar, anak muda Indonesia menyatakan kekecewaan mendalam yaitu soal korupsi, tidak adanya transparansi dan ingkar janji pemerintah," kata IMGR 2026.

Di tangan generasi yang fasih dengan penggunaan media digital, gerakan dunia maya menjadi cara untuk mengubah rasa frustasi menjadi kritik yang terarah. Dalam konteks aksi #IndonesiaGelap, dipicu oleh kebijakan efisiensi anggaran pemerintah yang diwujudkan lewat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025.

Lewat Inpres itu, anggaran pelayanan publik senilai Rp750 triliun dialihkan untuk dipakai mendanai program unggulan makan bergizi gratis (MBG) dan Danantara.

3. Riset IMGR 2026 diluncurkan di Indonesia Summit 2025

Sampul depan riset Indonesia Millennial and Gen Z 2026. (Dokumentasi IDN Media)

Laporan Indonesia Millennial and Gen Z 2026 akan diluncurkan bersamaan dengan penyelenggaraan Indonesia Summit 2025 yang digelar pada pekan ini. Indonesia Summit 2025 merupakan sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air.

Dengan tema "Theme: Thriving Beyond Turbulence Celebrating Indonesia's 80 years of purpose, progress, and possibility". IS 2025 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.

IS 2025 diadakan pada 27 - 28 Agustus 2025 di Tribrata Dharmawansa, Jakarta. Dalam IS 2025, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2026.

Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute. Melalui survei ini, IDN Media menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z, apa nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka. Survei dilakukan pada Februari sampai April 2025 dengan studi metode campuran yang melibatkan 1.500 responden, dibagi rata antara Milenial dan Gen Z.

Survei ini menjangkau responden di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.

Editorial Team