RK: Masjid Raya Al Jabbar Dibangun Supaya Jabar Gak Nebeng ke Bandung

Jakarta, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil angkat bicara terkait banyaknya kritik soal pembangunan Masjid Raya Al Jabbar yang berlokasi di Gedebage, Bandung. Menurut pria yang akrab disapa Kang Emil, masjid yang dibangun dengan biaya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) sekitar Rp1 triliun itu, dibutuhkan lantaran selama ini Provinsi Jawa Barat belum memiliki masjid raya.
"Gagasan ini sudah berlangsung selama 70 tahun dan Jawa Barat tidak punya masjid. Masjid negara namanya Istiqlal, kalau di tingkat provinsi namanya masjid raya, kalau di tingkat kota/kabupaten namanya masjid agung. Selama ini Jawa Barat itu nebeng ke kota Bandung," ungkap Kang Emil ketika berbicara di program Ngobrol Seru by IDN Times dan tayang di YouTube pada Rabu (15/2/2023).
Maka, kata Kang Emil, nama masjid agung Bandung diganti menjadi masjid raya Provinsi Jabar. Kini penamanaan masjid di Bandung itu dapat kembali menyandang titel masjid agung.
Saat masjid tersebut rampung dibangun, warganet ribut mengkritisi Kang Emil. Sebab, anggaran yang demikian fantastis dianggap terlalu berlebihan hanya untuk membangun masjid terapung tersebut.
Netizen bernama akun Twitter @outstandjing mengusulkan agar anggaran tersebut sebaiknya dimanfaatkan untuk membenahi transportasi publik di Jabar. Menurutnya, sejak awal menjabat posisi gubernur, Kang Emil menjanjikan banyak program terkait transportasi publik. Mulai dari LRT Metro Capsul hingga cable car (kereta gantung). Belum lagi kondisi lalu lintas di Jabar yang semakin macet.
Kritikan semakin kencang menerpa Kang Emil ketika cuitan @outstandjing dikutip ulang dan dikomentari mantan Wali Kota Bandung itu di platform Instagram. Alhasil, mayoritas pengikut Kang Emil di Instagram merundung pemilik akun @outstandjing baik di Instagram atau di Twitter.
Kang Emil pun menduga kuat yang mengkritik Masjid Al Jabbar belum pernah berkunjung ke sana. "Isinya penuh dengan orang yang sedang salat. Itu orang-orang yang tidak engage dengan medium Twitter, misalnya. Karena saya tahu yang hadir ibu-ibu dan emak-emak," tutur dia.
Lalu, apa yang hendak dilakukan Kang Emil untuk mengakomodir agar akses menuju ke Masjid Al Jabbar tak lagi macet?
1. Pengunjung Masjid Al Jabbar seharusnya masuk dari tol agar tak timbulkan kemacetan
Kang Emil mengatakan semula untuk mengakses Masjid Al Jabbar tanpa menimbulkan kemacetan, warga bisa datang melalui jalan tol 149. Namun, H-7 terjadi musibah.
"Jalan yang seharusnya lewat tol itu strukturnya ambles. Sampai hari ini masih diperbaiki. Saya sudah telepon Pak Basuki (Menteri PUPR) agar sebelum Lebaran sudah beres," kata dia.
Ia menilai bila akses lewat tol itu sudah beres, kesemrawutan menuju Masjid Al Jabbar bisa berkurang. Sehingga, warga tak lagi perlu melalui jalan-jalan desa.
Namun, kenyataannya saat ini warga lokal yang tinggal di jalan-jalan desa dekat Masjid Al Jabbar merasa terganggu dengan membludaknya volume kendaraan. Bahkan, sebagian ada yang mengeluhkan aktivitasnya menjadi terhambat karena para pendatang yang ingin berkunjung ke masjid tersebut.
"Saya pahami situasi hari ini. Orang euforia, ketika melihat air dangkal, orang ingin berenang, pengen piknik di dalam masjid. Tapi, itu semua bagian dari edukasi. Dikasih barang yang futuristik tidak semua masyarakat sudah siap," ujarnya.
Tetapi, menurut Kang Emil, masyarakat pelan-pelan akan memahami dan teredukasi. Ke depan, Masjid Al Jabbar bisa dijadikan standar untuk pembangunan fasilitas publik lainnya.
"Agar bangunan publik itu kalau mau dibangun gak tanggung-tanggung dan 'B' aja (kualitasnya)," tutur dia.