Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250714-WA0013.jpg
Andrie Yunus, Wakil Koordinator Bidang Eksternal KontraS (YouTube/MK)

Intinya sih...

  • Koalisi masyarakat gelar aksi interupsi rapat DPR di Hotel Fairmont

  • Setelah aksi, Andrie alami teror telepon dan didatangi orang tidak dikenal

  • Kantor KontraS didatangi orang berbadan tegap dan berambut cepak mengaku sebagai jurnalis

Jakarta, IDN Times - Wakil Koordinator Bidang Eksternal Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Andrie Yunus mengungkap dugaan aksi teror yang dialami usai menggelar aksi interupsi saat DPR menggelar rapat secara tertutup mengenai Revisi UU TNI di Hotel Fairmont, Jakarta pada 15 Maret 2025 lalu.

Hal tersebut disampaikan Andrie saat memberikan keterangan sebagai Saksi yang dihadirkan Pemohon perkara nomor 81/PUU-XXIII/2025 dalam sidang lanjutan uji Formil Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Tentara Nasional Indonesia UU TNI di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Senin (14/7/2025).

1. Koalisi masyarakat sempat gelar aksi interupsi rapat DPR di Hotel Fairmont

Kepala Divisi Hukum KontraS, Andri Yunus (kiri) ketika menunjukkan surat penolakan terbuka terhadap revisi UU TNI di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat. (IDN Times/Santi Dewi)

Awalnya, Andrie memaparkan, pihaknya sempat melakukan pembahasan internal yang pada akhirnya menyapaku menggelar aksi untuk menginterupsi pembahasan RUU TNI di Hotel Fairmont.

"Rapat yang saat itu sedang berlangsung, di mana terlihat Ketua Komisi I DPR RI sedang berbicara menggunakan mikrofon, sambil memegang poster dan surat terbuka, kami masuk ke dalam tempat rapat dan langsung menyampaikan pesan, 'selamat sore bapak ibu kami dari Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan Pemerhati di Bidang Pertahanan kami menuntut agar proses pembahasan revisi UU TNI dihentikan karena tidak sesuai proses legislasi karena diadakan tertutup'," kata dia.

"Tak lama koalisi langsung diusir paksa, saya ditarik dan didorong oleh pihak yang mengamankan kegiatan tersebut, sehingga menyebabkan saya dan seorang jurnalis terhempas jatuh ke lantai. Koalisi pun tetap memberikan peringatan terhadap seluruh peserta rapat dari balik pintu ruangan sambil meneriakkan tolak RUU TNI, tolak Dwi Fungsi ABRI, hentikan pembahasan RUU TNI," sambung Andrie.

2. Setelah aksi interupsi di Hotel Fairmont, ada teror telepon

Ruang rapat pemerintah dan komisi I DPR di Hotel Fairmont yang membahas revisi UU TNI. (IDN Times/Santi Dewi)

Setelah menggelar aksi interupsi di Hotel Fairmont, Andrie kembali ke Kantor KontraS untuk melakukan pemantauan di media massa maupun media sosial. Namun, saat tengah malam, tiba-tiba gawai miliknya mendapati panggilan telepon dari orang tidak dikenal.

"Memasuki tengah malam, saya mendapati panggilan telepon dari nomor tidak dikenal. Satu kali melalui telepon biasa dan dua lainnya melalu telepon WhatsApp. Ketiga telepon itu tidak saya angkat, dan saya minta kepada tim untuk melakukan pengecekan, dan hasilnya adalah kami mendapati bahwa identitas nomor pemilik tersebut teridentifikasi berinisial T dan menunjukkan adanya afiliasi dengan name tag beragam seperti Deninteldam Jaya dan Cakra 45," ungkap dia.

3. Kantor KontraS didatangi orang berbadan tegap dan berambut cepak mengaku sebagai jurnalis

Aktivis KontraS, Andri Yunus ketika menggeruduk ruang rapat panja revisi UU TNI. (Dokumentasi KontraS)

Bersamaan dengan teror telepon itu, Kantor KontraS juga didatangi sejumlah orang tidak dikenal yang mengaku sebagai jurnalis. Ciri-ciri mereka ialah berbadan tegap dan berambut cepak.

"Berbarengan dengan telepon tidak dikenal tersebut, pada 16 Maret sekitar pukul 00.15, saya saat itu masih di Kantor KontraS, mengetahui ada orang tidak dikenal membunyikan lonceng yang tergantung di depan kantor. Mereka mengaku sebagai media, berdasarkan pengecekan CCTV kami ketahui bahwa terdapat orang tidak dikenal berjumlah 3 orang, salah satu cirinya adalah berbadan tegak dan berambut cepak," tuturnya.

"Kemudian pukul 02.00, kami juga mendapati bahwa masih terdapat OTK sejumlah sekitar 5 sampai 6 orang, yang ciri-cirinya memiliki badan tegak, celana ketat, menggunakan jeans ketat, sambil menenteng tas selempang yang melingkari badan," imbuh dia.

Editorial Team