Facebook/Yusril Ihza Mahendra
Menanggapi hal itu, Yusril pun membantah. Dalam keterangan tertulisnya, Yusril malah mengungkapkan bahwa sedari awal yang meragukan keislaman Prabowo adalah Rizieq.
Hal itu diungkapkan oleh Yusril, melalui salah satu aplikasi percakapan. Di dalam aplikasi tersebut, Yusril membeberkan percakapan antara dirinya dan Rizieq yang membahas keislaman Prabowo. Dan juga membahas SBY yang akan melakukan propaganda politik Islam. Percakapakan tertanggal pada September 2018.
Pembahasan berawal saat Yusril mengatakan kepada Rizieq tentang dirinya yang belum memberikan keputusan untuk mendukung Jokowi atau Prabowo di Pilpres 2019. Kemudian, Rizieq pun mengungkapkan bahwa Ijtima Ulama juga dilema memberikan dukungannya kepada Prabowo karena capres nomor urut 02 itu tidak mengambil wakil dari ulama.
Berikut percakapan keduanya di salah satu aplikasi tersebut.
Yusril:
Sikap kami sejalan dengan sikap antum, belum menentukan sikap sambil menunggu Ijtima' II dan juga sikap para ulama NU. Jika ulama yang berijtima di Peninsula mendukung Prabowo-Sandiaga, sementara ulama NU yang jumlahnya puluhan ribu itu mendukung Jokowi-KMA, saya khawatir akan terjadi perang statement antar ulama yang berdampak kurang baik bagi umat islam. Apalagi jika kedua belah pihak masing-masing mengerahkan massa, bisa bentrok sesama umat islam.
Saya ingin mencegah agar hal itu tidak terjadi. Karena itu dalam berbagai statement, saya selalu mengatakan ahwa PBB sementara ini berada di tengah, belum menyatakan mendukung salah satu paslon dalam pilpres ini. Internal PBB sendiri terdapat cukup banyak yang mendesak agar segera dukung Prabowo-Sandi.
Saya pribadi mengenal Prabowo dan Sandi. Namun saya tidak yakin keduanya berada di dalam barisan pembela Islam. Pemahaman Prabowo dan Sandi terhadap Islam sangat minim. Belum ada track record keduanya berjuang dalam barisan Islam.
Setelah mengirimkan pesan tersebut, lalu Rizieq pun membalas pesan Yusril.
Rizieq:
Kita memang sangat dilematis. Di satu sisi umat ingin ganti presiden karena berbagai alasan yang sangat mendasar, dan di sisi lain alternatif pilihannya PS (Prabowo Subianto) tidak didampingi ulama.
Dukungan ijtima untuk PS harus berdampingan cawapres ulama justru karena kita tahu PSz lemah tentang Islam dan lingkarannya pun masih banyak yang "islamphobia". Apalagi PS sudah terjebak dengan SBY yang sedang propaganda melawan politik Islam. Yang disebutnya sebagai "politik integritas" beraroma sara, dan ini juga salah satu sebab kandasnya cawapres ulama.
Kini ijtima hanya punya satu jalan untuk dukung PS yaitu ikat dengan "pakta integritas" yang berisi "nilai-nilai syariat Islam". Jika ini ditolak PS maka tidak ada jalan lain kecuali abstain sampai PS mau tanda tangani pakta integritas tersebut sebagai "mitsaq perjanjian" antara capres dan ulama.