Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
SBY Lelang Lukisan Laku Rp311 Juta, Didonasikan untuk Bencana Sumatra
Tangkapan layar Youtube Dewan Kesenian Jakarta

Intinya sih...

  • Harga lelang lukisan SBY melonjak dari Rp100 juta mejadi Rp311 juta

  • Lukisan God’s Day dibuat sebagai refleksi tragedi dan nilai kemanusiaan

  • Hasil lelang diserahkan sepenuhnya untuk korban bencana di Sumatra

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Lelang lukisan karya Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berjudul God’s Day laku seharga Rp311 juta, dalam acara Art For Humanity yang digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2025) malam. Seluruh hasil lelang tersebut akan disalurkan untuk membantu korban bencana di Sumatra.

“Ini adalah derita, ini adalah tragedi, ini adalah humanity yang harus kita bicarakan. Dan insyaallah berapa pun nanti ini bisa dilepas, untuk kami semua ikhlas untuk diserahkan kepada saudara-saudara yang membutuhkan,” ujar SBY.

1. Harga lelang lukisan SBY melonjak dari Rp100 juta hingga Rp311 juta

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat lelang lukisan berjudul God’s Day, dalam acara Art For Humanity yang digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2012). Lukisannya laku Rp311 juta yang didonasikan untuk korban bencana Sumatra. (Dok. Dewan Kesenian Jakarta)

Kegiatan lelang digelar Dewan Kesenian Jakarta dengan mengusung tema Art For Humanity. Lebih dari 20 seniman terlibat dalam acara yang dipandu Dik Doank sebagai moderator.

Lukisan God’s Day awalnya dibuka dengan harga Rp100 juta. Dalam proses lelang, nilainya terus meningkat menjadi Rp200 juta, Rp250 juta, hingga akhirnya terjual di angka Rp311 juta.

SBY mengungkapkan lukisan tersebut lahir dari pengalaman emosionalnya saat menyaksikan langsung dampak tsunami Aceh dan Nias. Ia mengenang perjalanan sulit menuju Aceh, kondisi porak-poranda pascabencana, hingga pertemuannya dengan dua anak korban tsunami yang kehilangan seluruh anggota keluarganya.

There is a beautiful story. Waktu Aceh dihantam tsunami, Aceh dan Nias, waktu itu saya ada di Jayapura untuk mengunjungi bencana di Papua. Begitu saya tahu jumlah korban akan naik, naik, naik, saya putuskan kita harus segera menuju ke Aceh. Jadi hari kedua saya sudah di sana, semua porak-poranda, jenazah berserakan di mana-mana,” jelas SBY.

“Kemudian hari berikutnya lagi, saya masih ingat di Banda Aceh ada dua orang anak, laki-laki, mungkin satu kelas 3 SD, satu kelas 1 SD. Kemudian semua keluarganya habis, Ibu Ani, almarhumah memangku dua-duanya. Dua-duanya menangis, Ibu Ani menangis, saya juga menahan air mata,” lanjut SBY.


2. Lukisan SBY dibuat sebagai refleksi tragedi dan nilai kemanusiaan

Acara Art For Humanity yang digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2012) malam. (Dok. Dewan Kesenian Jakarta)

Menurut SBY, proses melukis dilakukan dengan menyaksikan rekaman bencana Sumatra secara mendalam selama berjam-jam setiap malam. Lukisan tersebut merepresentasikan penderitaan, tragedi, dan nilai kemanusiaan yang harus terus dibicarakan dan direspons dengan aksi nyata.

“Dengan catatan ini semua, saya mencoba melukis ini, salah satu pemandangan sejak terjadinya banjir Sumatra. Setiap malam, setidaknya tiga jam, saya lihat videonya itu satu per satu. Dan kemudian seperti ini, deras dari sana, tersangga oleh bukit, kampungnya tidak terlalu besar, ombaknya, tetapi tenggelam semuanya,” ujar dia.


3. Hasil lelang diserahkan sepenuhnya untuk korban bencana

Perjalanan lebih dari 2.000 kilometer membawa mereka ke 3 lokasi bencana, yakni Batu Busuak di Kota Padang, Malalak di Kabupaten Agam, serta Malolo di Kabupaten Tanah Datar. (IDN Times/Relawan 24 Jam)

SBY menegaskan berapa pun nilai lelang lukisan tersebut, hasilnya diberikan dengan penuh keikhlasan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, khususnya korban bencana alam di Sumatra.

“Itu salah satu puncak penderitaan dan banyak sekali yang menderita. Kadang-kadang mereka merasa hopeless, tidak ada masa depan, tidak ada kehidupan. Pada saat itulah, orang yang tergerak hatinya harus hadir,” pungkasnya

Editorial Team