ilustrasi Sukarno (IDN Times/Arief Rahmat)
Menurut pemikiran Sukarno, demokrasi liberal hanya sistem yang ditunggangi kepentingan politik dengan mengabaikan demokrasi ekonomi. Mengingat demokrasi ekonomi berkaitan dengan kesejahteraan rakyat.
Dalam pemikirannya, Bung Karno menjelaskan secara gamblang prinsip kesejahteraan. Di mana tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka.
"Lalu ketika dia menyusun Pancasila itu, maka ada kalimat yang menarik sebenarnya, ada kalimat yang berkaitan ketika beliau merumuskan, apa itu kesejahteraan," ucap Anhar.
Namun sayangnya pemikiran tersebut terbentur dengan usahanya yang merumuskan demokrasi, dari liberal menjadi terpimpin, dan menciptakan berbagai istilah berbau ideologi. Tak lama kemudian, Sukarno yang ingin menyatukan berbagai ideologi yakni Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) harus terbentur dengan adanya krisis politik yang terjadi.
"Ada sosialisme Indonesia, revolusi yang belum selesai, dan sebagianya. Di tengah situasi seperti itu, ruang bagi PKI terbuka, setelah 1948 yang dikejar-kejar, kemudian tahun 1960 ruang terbuka oleh karena dirumuskannya kembali menjadi Nasakom," tutur dia.