Jakarta, IDN Times - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengkritik kebijakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang memborong alutsista di tengah situasi perekonomian Indonesia belum pulih dari pandemik COVID-19.
Diketahui, pada 10 Februari 2022, Menhan Prabowo meneken kontrak kerja sama pembelian jet tempur buatan Prancis, Dassault Rafale. Berdasarkan keterangan dari Kementerian Pertahanan, harga enam jet tempur itu mencapai 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp15,7 triliun.
Angka itu diperkirakan bakal terus membengkak, karena Indonesia akan memborong 36 unit jet tempur Rafale lainnya. Selain itu, RI juga berencana membeli 36 jet tempur F-15EX buatan Boeing, Amerika Serikat. Nominal pembelian jet tempur itu mencapai 13,9 miliar dolar AS atau setara Rp199,1 triliun.
PSI menilai pembelian alutsista saat ini tidak tepat. "Ini bukan soal apakah perlu membeli pesawat tempur. Poinnya adalah harga mahal banget dengan momen yang tidak tepat seperti sekarang," ungkap juru bicara DPP PSI, Rian Ernest, ketika memberikan keterangan pers secara virtual, Selasa, 15 Februari 2022.
PSI, kata Rian, juga menyoroti masalah transparansi anggaran. Rakyat yang selama ini membayar pajak tidak pernah diinformasikan sumber dana untuk membeli alutsista modern itu. Termasuk, mengapa alutsista itu harus dibeli sekarang.
Rian menggaris bawahi Presiden Joko "Jokowi" Widodo hanya meminta Prabowo menyelesaikan Minimum Essential Force (MEF) hingga 2024 dengan anggaran Rp60 triliun. Dana tersebut harus dibagi untuk tiga matra dan Mabes TNI.
"Nah, ini kalau kita mau bayar Dassault Rafale saja kita sudah kekurangan dana sekitar Rp8,4 triliun. Pembelian alutsista secara besar-besaran ini jelas melampaui kemampuan APBN, dan bakal menambah beban utang negara," tutur dia.
Lalu, apa penjelasan anggota Komisi I dari Partai Gerindra soal urgensi pembelian alutsista di tengah pandemik masih melanda Indonesia?