Jakarta, IDN Times - Organisasi Setara Institute turut menyoroti kebijakan TNI Angkatan Darat (AD) yang hendak membentuk batalyon pembangunan teritorial. Hal itu lantaran TNI justru menempatkan fungsi-fungsi non-pertahanan sebagai wilayah kerja batalyon tersebut, seperti peternakan, perikanan, pertanian hingga kesehatan.
Peneliti HAM dan sektor keamanan Setara Institute, Ikhsan Yosarie mengatakan, meski mendapat kritikan dari publik sejak awal Juni lalu, wacana pembentukan batalyon pembangunan teritorial semakin mendekati ranah implementasi. Salah satunya dengan merekrut calon tamtama mencapai 24 ribu orang.
"Wacana ini secara nyata mendistorsi fungsi pertahanan yang diamanatkan oleh konstitusi kepada TNI dengan dalih stabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat," ujar Ikhsan di dalam keterangan tertulis, Rabu (11/6/2025).
Setara Institute pun mengetahui alasan TNI AD merekrut besar-besaran calon Tamtama karena berdalih ingin menjawab kebutuhan masyarakat, mulai dari ketahanan pangan hingga pelayanan kesehatan. Calon Tamtama pun disiapkan dan dilatih untuk mendukung stabilitas di 514 kabupaten atau kota.
Apa masukan dari Setara Institute soal rekrutmen besar-besaran calon Tamtama?