Jakarta, IDN Times - Mabes TNI merespons isi tuntutan 17+8 yang bergema di media sosial dan menggambarkan kemarahan publik terhadap pemerintah dan parlemen. Mereka mengatakan siap menerima aspirasi masyarakat. TNI juga menghormati setiap bentuk penyampaian pendapat yang dilakukan secara konstitusional.
Di dalam tuntutan tersebut, ada tiga poin yang ditujukan kepada TNI. Pertama, agar TNI segera kembali ke barak. Kedua, tegakkan disiplin internal agar anggota TNI tidak mengambil alih fungsi Polri. Ketiga, komitmen publik TNI untuk tidak memasuki ruang sipil selama krisis demokrasi.
"TNI selalu berusaha bekerja secara profesional dan berkomitmen untuk menjunjung tinggi supremasi sipil dalam negara demokrasi Indonesia,. Untuk itu, TNI tunduk pada semua keputusan dan kebijakan yang ditetapkan nantinya," ujar Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen (Mar) Freddy Ardianzah kepada IDN Times, Jumat (5/9/2025).
Melihat respons tersebut, peneliti dan perubahan sosial Center for Strategic and International Studies (CSIS), Nicky Fahrizal, mengatakan, sikap itu bermakna TNI menanti keputusan Presiden Prabowo Subianto tentang isi tuntutan tersebut. Hal tersebut, kata Nicky, sesuai kultur yang berlaku di militer, yaitu tali rantai komando. Sedangkan, instruksi Prabowo kepada Panglima TNI dan Kapolri sejak Sabtu pekan lalu yakni menindak tegas pendemo yang berbuat tindakan anarki.
"Kembali ke Presiden sebagai panglima tertinggi TNI. Dalam kultur militer sudah jelas dari level Panglima TNI hingga pangkat terbawah tunduk kepada instruksi atau komando," ujar Nicky ketika dihubungi IDN Times.