Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMAGE BPJS KESEHATAN 8 OKTOBER.jpg
Desa Sariyoso, Kecamatan Wonosobo, patut berbangga karena berhasil mencatat capaian Universal Health Coverage (UHC) sebesar 99,87 persen. (Dok. BPJS Kesehatan)

Intinya sih...

  • Skema inovatif melalui BUMDes dapat direplikasi di desa lain.

  • BUMDes bertransformasi menjadi instrumen sosial yang memberi manfaat lebih luas.

  • Pencegahan penyakit tetap penting, namun perlindungan melalui JKN adalah jaminan yang harus dijaga keberlanjutannya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Wonosobo, IDN Times – Desa Sariyoso, Kecamatan Wonosobo, patut berbangga karena berhasil mencatat capaian Universal Health Coverage (UHC) sebesar 99,87 persen. Dari total penduduk 2.251 jiwa yang terdiri atas 693 Kartu Keluarga (KK), hampir seluruh masyarakat desa telah terlindungi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 

Keberhasilan ini bukan sekedar angka capaian, melainkan juga mencerminkan kuatnya budaya gotong royong warga dalam mewujudkan jaminan kesehatan. Salah satu kunci utamanya adalah pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), di mana sebagian hasil usaha dialokasikan untuk membantu pembayaran iuran JKN sehingga masyarakat dapat terbantu tanpa merasa terbebani.

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Magelang, Maya Susanti pun memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah inovatif Desa Sariyoso. Menurutnya, pencapaian UHC sebesar 99,87 persen bukan hanya menunjukkan kesadaran masyarakat, melainkan juga keberhasilan desa dalam mengelola potensi ekonomi lokal untuk kepentingan bersama.

“Saya salut dengan langkah Desa Sariyoso yang memanfaatkan BUMDes untuk mendukung iuran JKN warganya. Ini contoh nyata bagaimana gotong royong dapat diwujudkan dalam bentuk yang lebih modern dan berkelanjutan. UHC bisa tercapai bukan hanya karena kesadaran individu, tetapi berkat kesadaran bersama,” ujar Maya.

1. Salah satu inovasi yang bisa dicontoh

Ilustrasi Inovasi oleh Pixabay

Ia menambahkan bahwa skema melalui BUMDes menjadi salah satu inovasi yang bisa direplikasi di desa-desa lain. Menurutnya, apa yang dilakukan Sariyoso menunjukkan bahwa desa tidak hanya berperan dalam aspek pembangunan fisik atau ekonomi, tetapi juga dapat menjadi motor penggerak dalam memastikan warganya terlindungi kesehatan. Dengan cara ini, BUMDes bertransformasi dari sekadar unit usaha menjadi instrumen sosial yang memberi manfaat lebih luas.

“BUMDes selama ini identik dengan kegiatan ekonomi desa. Tapi Sariyoso berhasil membuktikan bahwa hasil usaha desa juga bisa diarahkan untuk kepentingan kesehatan masyarakat. Dengan model seperti ini, JKN benar-benar menjadi program yang lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat,” jelasnya.

Maya juga menegaskan bahwa meskipun pencegahan penyakit tetap penting, perlindungan melalui JKN adalah jaminan yang harus dijaga keberlanjutannya. Menurutnya, masyarakat memang harus diarahkan untuk terus menerapkan pola hidup sehat, tetapi itu saja tidak cukup. Program JKN memberi kepastian biaya dan layanan kesehatan sehingga warga tidak mudah terbebani saat sakit.

“Polanya sederhana yaitu sehat itu harus dijaga dengan perilaku hidup sehat, tetapi perlindungan tetap wajib ada. Itulah mengapa kepesertaan aktif JKN menjadi kunci agar masyarakat merasa aman. Sariyoso telah membuktikan hal itu,” tuturnya.

2. Bentuk nyata gotong royong di tingkat desa

ilustrasi gotong royong (unsplash.com/Ave Calvar)

Sementara itu, Kepala Desa Sariyoso, Nodi Pranowo menuturkan bahwa capaian UHC di desanya tidak terlepas dari strategi yang disusun bersama perangkat desa dan masyarakat. Pemerintah desa secara konsisten menempatkan isu kesehatan sebagai salah satu agenda utama dalam musyawarah desa (musdes) dua bulan sekali serta musyawarah rencana pembangunan desa (musren) yang digelar dua kali dalam setahun.

“Kami membahas kesehatan secara rutin dalam forum desa. Salah satu keputusan penting adalah memanfaatkan hasil usaha desa melalui BUMDes. Sebagian keuntungan BUMDes disalurkan ke program kemitraan, dan dari situ dana digunakan untuk membantu iuran JKN warga,” ungkap Nodi.

Menurutnya, mekanisme ini menjadi bentuk nyata gotong royong di tingkat desa. Masyarakat yang tadinya khawatir soal biaya kini merasa lebih tenang karena ada dukungan dari desa. Selain itu, perangkat desa juga turut memastikan warga yang status JKN-nya nonaktif segera diarahkan untuk kembali aktif sebagai peserta mandiri.

“Kalau ada warga yang nonaktif, perangkat desa langsung turun tangan. Kami bantu komunikasi agar segera diaktifkan kembali. Prinsipnya, jangan sampai ada warga yang kehilangan hak atas layanan kesehatan hanya karena administrasi,” tambahnya.

3. Perubahan membawa dampak positif

Kantor layanan BPJS Kesehatan Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Nodi juga menyoroti pergeseran mata pencaharian warganya. Jika sebelumnya mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian, kini banyak generasi muda beralih ke perdagangan. Menurutnya, perubahan ini membawa dampak positif karena penghasilan warga cenderung lebih stabil sehingga lebih mudah dalam menjaga kepesertaan JKN tetap aktif.

Pada akhir perbincangan, Nodi menyampaikan harapannya agar capaian yang hampir sempurna ini bisa ditingkatkan hingga mencapai 100 persen. Ia pun ingin mewujudkan Desa Sariyoso sebagai salah satu contoh sukses desa yang sehat, mandiri, dan sejahtera.

“Kami bangga dengan capaian 99,87 persen, tetapi target kami adalah semua warga tanpa terkecuali terlindungi JKN. Kami akan terus menjaga, mendampingi, dan mendorong masyarakat agar tidak ada satu pun yang tertinggal,” tutup Nodi. (WEB)

Editorial Team