BPJS Kesehatan Perlu Peran Fasilitas Kesehatan untuk JKN Optimal

- Program JKN telah berkembang menjadi salah satu skema jaminan kesehatan terbesar di dunia dengan lebih dari 281 juta peserta.
- UNIDA berkomitmen mencetak generasi beriman, berakhlak mulia, serta memiliki pengetahuan luas dan kemampuan inovatif.
- Rumah Sakit Yasyfin Darussalam Gontor ingin menjadikan momentum Milad ke-3 sebagai sarana berbagi ilmu, meningkatkan pengetahuan, dan memperkuat keterampilan tenaga kesehatan.
Jakarta, IDN Times – Deputi Direksi Bidang Komunikasi Organisasi BPJS Kesehatan, M. Iqbal Anas Ma’ruf, menegaskan bahwa kunci keberhasilan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terletak pada sinergi erat antara BPJS Kesehatan dan fasilitas kesehatan. Menurutnya, kolaborasi ini bukan sekadar hubungan administratif, melainkan kerja sama strategis untuk memastikan peserta JKN mendapatkan layanan yang bermutu, merata, dan berkesinambungan.
“BPJS Kesehatan tidak bisa berjalan sendiri. Kami memerlukan peran aktif dari seluruh fasilitas kesehatan untuk bersama-sama menciptakan layanan JKN ini dapat benar-benar optimal dirasakan masyarakat, khususnya ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan yang cepat,” ujar Iqbal dalam Seminar Kesehatan: Update Kegawatdaruratan Penyakit Dalam dan Bedah, Selasa (23/9).
1. Begini perkembangan program JKN

Sejak diluncurkan pada 2014, Program JKN telah berkembang menjadi salah satu skema jaminan kesehatan terbesar di dunia, dengan lebih dari 281 juta peserta. Dengan cakupan hampir seluruh penduduk Indonesia, Program JKN memastikan masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan mulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti Puskesmas, klinik, dan praktik dokter, hingga layanan rujukan di rumah sakit.
“Hadirnya Program JKN telah memberikan kontribusi besar dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui mekanisme gotong royong, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu, tanpa terhalang kondisi ekonomi atau perbedaan status sosial. Inilah wujud nyata bagaimana negara hadir untuk memberikan perlindungan kesehatan yang merata kepada seluruh masyarakat,” jelasnya.
Pada tahun 2024, BPJS Kesehatan mencatat pengeluaran untuk menangani penyakit berbiaya katastropik mencapai 37 triliun atau setara 21,32 persen dari total biaya pelayanan kesehatan. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya gotong royong dalam menopang keberlangsungan layanan.
Di sisi lain, BPJS Kesehatan juga terus melakukan transformasi mutu layanan dengan memanfaatkan teknologi. Mulai dari digitalisasi antrean yang bisa menggunakan Aplikasi Mobile JKN, simplifikasi layanan administrasi, hingga integrasi layanan dengan seluruh mitra fasilitas kesehatan.
“Kami juga perlu mendorong agar fasilitas kesehatan untuk mulai mengelola ulasan Google review dengan baik. Dengan adanya ulasan positif bisa menjadi referensi utama bagi pasien saat pertama kali berobat,” tambah Iqbal.
2. Komitmen kampus UNIDA

Wakil Rektor III Universitas Darussalam Gontor, Khoirul Umam, menegaskan komitmen kampus dalam mencetak generasi yang beriman, berakhlak mulia, serta memiliki pengetahuan luas dan kemampuan inovatif. Menurutnya, hal ini sejalan dengan motto UNIDA, yaitu Berbudi Tinggi, Berbadan Sehat, Berpengetahuan Luas, dan Berpikiran Bebas.
“UNIDA hadir untuk menghasilkan insan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter Islami yang kuat, sehat jasmani, serta mampu berpikir kreatif dan bebas dalam memecahkan persoalan umat dan bangsa,” ujar Umam.
3. Momentum rumah sakit untuk berbagi ilmu dan memperkuat keterampilan

Sementara itu, Direktur RS Yasyfin Darussalam Gontor, Arrasyid Indra Muliawan, menyatakan pada Milad ke-3 RS Yasyfin yang bertepatan dengan 100 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor, pihaknya ingin menjadikan momentum ini sebagai sarana berbagi ilmu, meningkatkan pengetahuan, dan memperkuat keterampilan tenaga kesehatan, khususnya dalam penatalaksanaan kasus gawat darurat penyakit dalam dan bedah.
Melalui momentum ini juga ia berharap menjadi bentuk kontribusi nyata Rumah Sakit Yasyfin Darussalam Gontor dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) kesehatan, sehingga bisa optimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Semoga tenaga kesehatan kini semakin siap dan sigap dalam menghadapi berbagai kasus gawat darurat, baik di rumah sakit maupun di fasilitas kesehatan lainnya. Ilmu dan pengalaman yang disampaikan para narasumber dalam kegiatan ini semoga bisa diaplikasikan dalam praktik sehari-hari, sehingga berdampak pada peningkatan mutu layanan bagi masyarakat,” pungkas Rasyid.
Dalam kesempatan tersebut, hadir sebagai pemateri Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Yasyfin Darussalam Gontor, Yudha Klahan dan Dokter Spesialis Bedah RS Yasyfin Darussalam Gontor, Herendra Medihirza Herman Prasetya. (WEB)