Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Fitria Madia
IDN Times/Fitria Madia

Surabaya, IDN Times - Upah buruh tani yang tak lebih dari Rp30 ribu per hari nyatanya tak menjadi kendala bagi Supinah (76) menggapai impiannya berangkat Haji. Sembari menunggu gilirannya untuk diberangkatkan di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Calon Jemaah Haji (CJH) kloter 37 Kabupaten Ponorogo ini menceritkan perjuangannya menyisihkan rupiah demi menginjakkan kaki di rumah Allah.

1. Seorang janda buruh tani

source_name

Didampingi tetangganya, Supinah berada dalam rombongan 8 kloter 37 yang berangkat pada Sabtu (28/7). Ia kini tinggal sebatang kara selepas kematian suaminya saat muda. Sejak dulu, ia memang sudah berkeinginan besar untuk pergi Haji. Berbekal upah harian, ia menyimpan uangnya untuk membayar ongkos haji. "Ya lama nyimpannya. Uangnya sampai dimakan rayap dan jamuren," ujarnya pelan.

2. Berhemat dalam segala hal

IDN Times/Fitria Madia

Meskipun harga kebutuhan pokok semakin meningkat, Supinah tetap konsisten menabung dengan cara menitipkan uangnya kepada tetangganya. Konsekuensinya, ia harus makan dengan menu yang serba sederhana. Biasanya ia memasak nasi sebanyak 2 gelas kecil dengan sayur mayur seadanya. "Biasanya sambel terong bayem saja, paling bagus pakai tahu tempe," tuturnya sembari tersenyum.

Akhirnya pada tahun 2010, uang Supinah yang ia titipkan pada tetangganya mencapai Rp25 juta. Didampingi tetangganya, ia mendaftarkan diri sebagai antrean calon jamaah haji.

3. Tetap kerja hingga tua

Pixabay.com

Meskipun usianya tak lagi muda, namun dengan semangat Supinah mengatakan bahwa dirinya masih kuat. Bahkan, meskipun telah tak mampu menjadi buruh tani, Supinah tetap bekerja serabutan di desanya. Biasanya, ia mengumpulkan daun turi untuk dijual dan ia konsumsi sendiri. "Kebiasaan saya kerja keras. Saya gerak terus jadi ya Alhamdulillah masih sehat," terangnya.

Editorial Team