Anies Baswedan (kiri) dan Ganjar Pranowo (kanan) (Dokumentasi IDN Times)
Chairul mengatakan, elektabilitas Ganjar dan Anies masih tertahan di bawah 20 persen karena ketidakjelasan partai politik (parpol) yang ingin mengusung mereka.
Di samping itu, hal tersebut juga dipengaruhi kepercayaan parpol untuk mengusung nama-nama capres yang berasal dari kadernya.
"Sementara Ganjar dan Anies masih stagnan di bawah angka 20 persen karena ketiadaan kepastian dukungan dari parpol dan mungkin seiring naiknya kepercayaan diri parpol untuk mengusung kadernya sendiri," kata dia.
Alasan terbesar publik yang memilih Ganjar yaitu karena sosoknya sebagai Gubernur Jawa Tengah serta basis dukungan yang mayoritas di Jawa Tengah.
"Ganjar adalah gubernur tempat pemilihnya tinggal yang memang menjadi basis utama dukungan elektabilitasnya. Sepertinya kecenderungan dukungan terhadap Ganjar masih localize saja," kata Chairul.
Alasan berikutnya karena faktor parpol pengusung. Menurut Chairul, jika parpol yang dipilihnya mengusung Ganjar, maka simpatisan partai akan memilihnya.
Alasan lainnya, program kerja Ganjar yang secara terbatas sedang ditunjukkannya di Jateng selama dua periode memerintah. Termasuk soal kesamaan suku, agama, dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
"Ada juga yang memilih Ganjar karena dipandang merakyat, suka melihatnya di media sosial. Sebagian kecil melihat faktor didukung Jokowi, sipil, baik. Singkatnya, alasan publik memilih Ganjar cenderung beralasan localize, masih spekulatif dan rentan berubah. Alasan ini juga dapat menjawab stagnannya keterpilihan Ganjar," kata dia.
Adapun kecenderungan terbesar publik memilih Anies adalah karena kapabilitasnya dalam memecahkan masalah yang ditunjukkan selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Termasuk program kerja, kesamaan agama, rekam jejak yang bagus, menguntungkan, dan sebagainya.