Presiden Jokowi tinjau panen raya padi di Kebumen, Jawa Tengah bareng Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Kamis (9/3/2023) (dok. Sekretariat Presiden)
Deni memaparkan, elektabilitas bakal calon presiden dalam 3 tahun terakhir cukup dinamis, di mana Prabowo terlihat paling kuat pada 2020. Namun, Ganjar menjadi paling kuat pada 2021 sampai akhir 2022.
Mulai awal 2023, Prabowo kembali menguat, menggeser posisi nomor dua Anies, sejak Presiden Jokowi secara terbuka mendukung Prabowo. Puncak dukungan pada Prabowo adalah usai keputusan FIFA membatalkan pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Kala itu, Prabowo mendapat dukungan 18,3 persen, dan Ganjar turun signifikan menjadi 13 persen pada 4-7 April 2023 dari 16,2 persen pada Maret 2023. Setelah itu, posisi Ganjar mulai pulih dan menguat signifikan usai diumumkan sebagai calon presiden oleh PDIP.
Hanya saja, lanjut Deni, elektabilitas Ganjar dan Prabowo masih seimbang ketika simulasi dilakukan untuk empat calon presiden yang sudah diputuskan oleh partai mereka masing-masing.
Prabowo telah diputuskan menjadi capres oleh partainya, Gerindra, dan memperoleh dukungan dari PKB. Begitupun Anies Baswedan yang telah dicalonkan oleh Nasdem, Demokrat, dan PKS. Kemudian, Ganjar telah dicalonkan oleh 4 partai. Sedangkan Airlangga Hartarto telah ditetapkan oleh partainya, Partai Golkar.
“Kalau calonnya Airlangga, Anies, Ganjar, dan Prabowo, dalam survei terakhir para pemilih kritis, Ganjar dipilih oleh 30,4 persen, Prabowo 29,5 persen, Anies 19,8 persen, dan Airlangga 2,9 persen. Sisanya belum menentukan pilihan. Ini mengindikasikan bahwa Ganjar dan Prabowo bersaing ketat di kalangan pemilih kritis sekarang ini,” tambah Deni.
Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times.