Jakarta, IDN Times - Tangis aktivis lingkungan asal Aceh, Farwiza Farhan, pecah ketika menyampaikan pesan khusus kepada Presiden Prabowo Subianto yang akhirnya berkunjung ke lokasi banjir Sumatra. Farwiza menepis pernyataan Prabowo bahwa kondisi di Sumatra, khususnya Aceh sudah mulai membaik. Justru di lapangan masih banyak wilayah yang terisolir.
"Bagaimana ini semua bisa tetap dibiarkan? Sementara pemerintah mengatakan bahwa ini bencana biasa saja? Bahwa keadaan sudah terkontrol, stabil. Sama sekali jauh dari itu kenyataannya," ujar Farwiza ketika berbincang di program 'Ngobrol Seru' by IDN Times melalui telepon sambil berurai air mata, Senin, 1 Desember 2025.
Ia pun berharap Prabowo bisa segera menetapkan banjir di Sumatra sebagai bencana nasional. Perempuan yang bekerja sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh itu juga mengaku heran mengapa Prabowo tega memotong anggaran bagi tiga lembaga penting yang sehari-hari mengatasi bencana. Ketiga lembaga tersebut yakni Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan SAR Nasional.
BMKG mendapatkan anggaran pada 2025 sebesar Rp2,28 triliun. BNPB diberi alokasi anggaran pada 2025 sebesar Rp2,01 triliun dan Rp1,49 triliun untuk Basarnas. Pemangkasan anggaran itu, kata Farwiza, kemudian dialihkan ke program unggulan Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Keputusan Bapak untuk mengecilkan budget di semua lini penopang kehidupan pemerintah dan memfokuskan semuanya ke MBG mempunyai dampak sangat besar. Karena pada akhirnya demi makan siang gratis, kami semua membayar dengan harta, nyawa, apa yang kami punya. Bagaimana BMKG gak punya cukup budget? Bagaimana BNPB gak punya cukup budget? Bagaimana ini semua bisa dibiarkan?" tanyanya.
