Jakarta, IDN Times - Dinamisasi politik dalam Pilkada di Indonesia telah berkembang pesat sejak penerapan pemilihan langsung pada tahun 2005. Meski menawarkan harapan akan demokrasi yang lebih terbuka, praktik Pilkada langsung kerap diwarnai oleh isu biaya politik yang tinggi, politik uang, dan munculnya dinasti politik.
Menurut Akademisi dan Pengamat Politik UAI, Ujang Komarudin, dinamika ini mencerminkan kurangnya reformasi dalam sistem politik, yang berpotensi menghambat lahirnya pemimpin berkualitas. Dalam diskusi bersama komunitas Bijak Pilkada, Ujang menyoroti perlunya evaluasi mendalam terhadap sistem politik.
Ia menilai bahwa pemimpin dengan visi kuat, integritas tinggi, dan program yang solutif hanya dapat lahir jika partai politik benar-benar berkomitmen mendukung kandidat berkualitas.