Tawa Jokowi Saat Diminta PDIP Tinggalkan Relawan

Jakarta, IDN Times - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Said Abdullah, meminta Presiden Joko "Jokowi" Widodo meninggalkan relawannya. Merespons hal tersebut, Jokowi hanya tertawa.
"He-he-he," ujar Jokowi saat ditanya wartawan di Jakarta Convention Center, Rabu (30/11/2022).
1. PDIP minta Jokowi tinggalkan relawan karena sudah minta izin 'bertempur'
Said Abdullah meminta Jokowi meninggalkan relawan berkaitan dengan pernyataan Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani viral di media sosial. Pasalnya, Benny sempat meminta izin kepada Presiden Jokowi untuk 'bertempur' melawan oposisi.
"Kita gemes, Pak, ini ingin melawan mereka. Kalau mau tempur di lapangan, kita lebih banyak," ujar Benny.
Said mengatakan, ucapan Benny hanya merugikan Jokowi. Selama ini, Jokowi sudah banyak meninggalkan legacy yang baik selama menjabat Presiden RI.
"Menurut hemat saya, sudahlah legacy-nya sudah luar biasa, soft landing-nya agar enak. Kalau ada 'relawan' yang seperti itu, tinggalkan saja. Iya, itu bukan relawan," kata Said di Kompleks Parlemen, Senin (28/11/2022).
2. Klarifikasi Benny Rhamdani
Saat berada di gedung DPR RI pada Senin (28/11/2022), Benny menyebut video tersebut tidak utuh. Dia mengatakan, pernyataannya itu disampaikan saat bertemu Jokowi di acara Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (26/11/2022).
"Jadi, itu bukan acara tertutup, tapi saya yakin video itu adalah video yang tidak utuh, kalau utuh kan seharusnya keseluruhan dong, dari mulai pertama sampai selesai kurang lebih 40 menit harusnya dimuat secara utuh dan yang menyampaikan aspirasi, pandangan masalah, saran, usul kepada Presiden kan tidak hanya saya," kata Benny.
Benny menjelaskan, pernyataannya itu membahas mengenai kondisi kebangsaan pascapilpres 2019.
Dalam kesempatan itu, Benny mengaku tak masalah bila pemerintahan Jokowi mendapat kritik. Namun, dia merasa geram apabila kritik itu dibuat dengan narasi fitnah.
"Selalu dengan pola yang sama, penyebaran kebencian, fitnah, adu domba antarsuku dan agama, berita-berita hoaks, bahkan penghinaan dan pencemaran terhadap simbol-simbol negara, Presiden, Ibu Negara terakhir," ucap dia.
3. Penyebaran fitnah hingga adu domba akan menjadi mesin mematikan
Lebih lanjut, Benny mengatakan, penyebaran fitnah hingga adu domba yang dilakukan oposisi terus diproduksi sehingga hal tersebut bisa menjadi mesin mematikan.
"Atas dasar situasi tadi, dengan cara-cara menurut saya antidemokrasi bahkan merusak harmoni, menjadi ancaman perjalanan kebangsaan. Masa saya gak boleh marah? Masa rakyat Indonesia mayoritas gak boleh marah? Pasti marah lah," imbuhnya.