Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya. (IDN Times/Alfi Ramadana)
Sementara itu, redaksi IDN Times Jatim, melalui jurnalis Khusnul Hasana, turut mencoba mendalami kesaksian rekaman suara si ibu penjual dawet dalam tragedi Kanjuruhan.
Namun, sama seperti sejumlah keterangan lain, banyak pihak yang merasa janggal dengan sosok ibu-ibu tersebut. Sebab dari sejumlah penjual yang acap berdagang di Stadion Kanjuruhan, tak ada yang mengenali sosoknya.
Menurut Febri (20 tahun), karyawan toko mebel di samping Gate 3 Stadion Kanjuruhan yang ditemui redaksi, tak ada pedagang kaki lima yang menjual dawet di sekitar lokasi.
"Saya enggak pernah lihat (ada penjual dawet), warkop semua di sini," kata Febri.
Dia juga memastikan, selama ini tak ada pedagang kaki lima di sekitar Gate 3 yang berjualan dawet. "Kalau pertandingan itu banyak yang jualan (kaki lima) paling pentol, baby crab," kata dia lagi.
Senada disampaikan Rahayu, salah seorang pemilik warkop di sekitar lokasi, juga tak melihat adanya suporter rusuh. Saat kerusuhan terjadi, dia mengaku langsung menutup warkopnya.
"Enggak ada, enggak ada masuk-masuk. Aman. Enggak ada ngerusak-ngerusak," ujar Rahayu.