Jakarta, IDN Times - Kontradiksi sosial ekonomi yang menumpuk di perkotaan dinilai jadi akar ledakan protes Jakarta pada Agustus 2025. Urbanisasi besar-besaran menjadikan kota pusat mobilitas sosial, namun sekaligus ruang penuh ketidakpastian biaya hidup melambung, solidaritas sosial melemah, dan kanal politik tersumbat.
Hal ini diungkap dalam Kertas Posisi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional (Unas) yang dikutip IDN Times, Jumat (5/9/2025). Dokumen tersebut menekankan bahwa unjuk rasa akhir Agustus lalu dipicu tragedi kematian Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, bukan sekadar huru-hara.
“Aksi massa yang berujung pada perusakan simbol elite harus dipahami sebagai ekspresi politik elementer rakyat yang kehilangan kanal representasi. Pemerintah perlu berhenti menstigma dengan label ‘anarkis’ atau ‘makar’, dan mulai mengakuinya sebagai gejala sosial yang menuntut jawaban struktural,” tulis kertas posisi itu.