Jika kita mau belajar sejarah sedikit saja tentang asal muasal Sinterklas, barangkali kesalahpahaman tentang topi tersebut bisa dikurangi. Sinterklas (dan kostumnya) bukanlah ciptaan agama Kristen. Tidak ada Sinterklas di dalam ajaran agama ini.
Sinterklas adalah produk dongeng Eropa yang terinspirasi dari seorang uskup baik hati bernama St. Nicholas yang tinggal di Myra -- kini berlokasi di Provinsi Antalya, Turki. Ia suka memberikan hadiah secara diam-diam kepada warga miskin di sekitar tempat tinggalnya. Karena sifat-sifatnya, anak-anak pun menyukai St. Nicholas. Bahkan, saking populernya, hari kematiannya yang jatuh pada tanggal 6 Desember pun diperingati oleh banyak orang yang terinspirasi kisah-kisahnya.
Seiring waktu, ia pun disebut sebagai Bapak Natal dalam budaya Barat -- baik di Inggris, Perancis, Belanda, maupun Amerika Serikat untuk mewakili semangat cinta kasih dan kebaikan saat Natal. Sebutannya pun bisa Sinterklaas, Sinterklas, maupun Santa Claus. Di tahun 1823, Henry Livingston Jr. membuat sebuah puisi berjudul A Visit from St. Nicholas atau T'was the Night before Christmas yang terinspirasi dari St. Nicholas.
Dari situlah legenda Sinterklas mulai berkembang, termasuk tentangnya yang berasal dari Kutub Utara, suka mengendarai kereta rusa, hingga melintasi angkasa saat malam Natal untuk memberi kado. Thomas Nast lah ilustrator pertama yang menggambarkan Sinterklas berdasarkan puisi Livingston di tahun 1863. Namun, Coca Cola bisa jadi adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam penyebarluasan propaganda tentang Sinterklas dan kaitannya dengan Natal di era modern.