Foto: Anindya Ashari (Warga TanjungPinang)
Masjid ini memiliki desain arsitektur yang unik dengan nilai-nilai agama Islam.
“Untuk mencapai ke masjid itu, kita harus naik beberapa anak tangga dulu,” katanya.
Terdapat 13 buah anak tangga yang menggambarkan 13 rukun salat, lima pintu melambangkan rukun Islam, enam jendela menggambarkan rukun Iman, 13 kubah berbentuk bawang merah, dan empat menara yang secara keseluruhan berjumlah 17.
Angka tersebut merupakan lambang jumlah rakaat salat sehari semalam dalam ajaran Islam.
“Sebenarnya, space dalam masjid itu sedikit, tapi di seluruh bagian masjid itu kita bisa salat. Ada di serambi, ada di pondok gitu,” ucap Anindya.
Keramaian masjid ini terasa berbeda dibandingkan masjid-masjid lain karena lokasinya yang berada di tengah pulau. Oleh karena itu, seluruh umat yang tinggal di Pulau Penyengat pasti akan melaksanakan salat Idul Fitri di masjid raya tersebut.
“Banyak juga gitu orang-orang di luar Pulau Penyengat yang sengaja datang untuk salat Jumat, atau salat hari raya di masjid tersebut. Karena memang menurut saya vibes-nya itu lebih beda dibanding masjid-masjid yang lain yang pernah saya kunjungi, dari interior-nya, dari suasana kita salat juga, dari hangatnya masyarakat yang ada di sana,” ujarnya.
Anindya bercerita, seluruh warga terbiasa bertegur sapa setiap salat ied di masjid tersebut karena sudah mengenal satu sama lain. Tidak hanya sesama warga, para penghuni Pulau Penyengat ini juga ramah dengan pendatang.