Jakarta, IDN Times – Presiden Prabowo Subianto melontarkan usulan penanaman sawit di Papua dalam sidang kabinet paripurna yang digelar pada Senin lalu. Gagasan tersebut disampaikan sebagai bagian dari strategi jangka panjang pemerintah menekan ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Pemerintah menilai target menuju nihil impor BBM dapat dicapai karena Indonesia memiliki potensi sumber EBT yang besar. Namun, pernyataan tersebut langsung memicu polemik luas di ruang publik, terutama karena disampaikan di tengah bencana banjir yang masih melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatra.
Banyak pihak menilai usulan itu tidak sensitif terhadap kondisi lingkungan dan penderitaan masyarakat terdampak bencana. Kritik tajam datang dari organisasi lingkungan hidup yang menilai ekspansi sawit di Papua justru berisiko memperparah krisis ekologis nasional.
Kepala Divisi Kampanye Eksekutif Nasional WALHI, Uli Arta Siagian, menyebut pernyataan Presiden Prabowo tidak mencerminkan empati terhadap warga yang terdampak banjir di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
"Keinginan untuk membuka sawit dan kebun tebu skala besar di Papua hanya akan memperparah krisis ekologis. Apalagi selama ini rakyat Papua juga telah mengalami perampasan wilayah adat akibat izin-izin yang diterbitkan oleh pengurus negara," ujar Uli dalam keterangan tertulis, Minggu (21/12/2025).
Uli menambahkan, pembukaan lahan berskala besar di Papua sejatinya sudah berlangsung, khususnya di Merauke. Sekitar dua juta hektare lahan telah dibuka dengan dalih ketahanan pangan dan energi, namun dampaknya dinilai sangat merugikan masyarakat lokal.
"Dampak dari pembukaan lahan di Merauke telah dirasakan oleh rakyat. Mulai dari perampasan wilayah adat, hilangnya sumber pangan lokal, banjir, kekerasan bahkan kriminalisasi," tutur dia.
Menurut WALHI, Merauke kini hampir setiap tahun mengalami banjir. Kondisi tersebut diperkirakan akan semakin parah jika ekspansi perkebunan skala besar terus dilanjutkan.
"Pembukaan hutan untuk sawit dalam skala besar yang telah berlangsung di Sumatra akan diulang lagi di Papua," katanya.
