Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screenshot_20251014_140148_Instagram.jpg
Tangkapan layar suasana SMAN 1 Cimarga, Banten. (instagram.com/mpk.osis_sman1cimarga).

Intinya sih...

  • Tindakan kepsek menampar siswa dianggap tidak dipikirkan matang.

  • Masih banyak cara mendisiplinkan siswa selain dengan kekerasan, seperti skors atau dikeluarkan dari sekolah

  • Orang tua melapor dan tindakan kepsek dianggap berlebihan, seharusnya diselesaikan secara kekeluargaan

  • Siswa yang bersalah juga harus ditindak lebih lanjut meski orang tua memiliki hak untuk melapor polisi jika dirasa keamanan anak terancam.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kasus siswa SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak yang ditampar kepala sekolah lantaran tertangkap sedang merokok di warung dekat lingkungan sekolah tengah menjadi sorotan publik. Kasus ini berujung pada pelaporan terhadap sang kepala sekolah karena dinilai melakukan kekerasan.

Media sosial pun menjadi riuh lantaran banyak warganet yang menilai sesungguhnya guru tidak salah, ia hanya menerapkan disiplin pada anak didik yang melanggar aturan. Apalagi dalam aturan Permendikbud, lingkungan sekolah merupakan kawasan dilarang merokok.

IDN Times mewawancarai dua orang Gen Z terkait kasus ini untuk mengetahui padangan mereka pada Selasa (14/10/2025). Mereka adalah Andy Gideon (20) dan Nadine Laysa (20), kedua mahasiswa ini memiliki perbedaan pendapat.

Mewakili Gen Z, kedua narasumber setuju bahwa kasus tersebut memicu pro kontra netizen yang terdiri dari berbagai generasi. Mulai dari tindakan kepala sekolah yang dianggap berlebihan hingga laporan dari pihak orang tua ke kepolisian. Berikut pandangan lengkap mereka.

1. Masih banyak cara mendisiplinkan siswa selain dengan kekerasan

Tangkapan layar Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Banten, yang menampar siswa karena merokok. (instagram.com/jakarta24jam.id).

Mahasiswa Ilmu Gizi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Andy Gideon, menegaskan tindakan menampar yang dilakukan sang kepala sekolah merupakan aksi yang tidak dipikirkan matang-matang.

"Waktu kepsek ini menampar, itu bukanlah sebuah tindakan yang dipikirkan matang-matang. Dan menurut saya, menampar itu terlalu, bukanlah sebuah hal yang harus dilakukan di saat itu," tegasnya.

Menurut Andy, masih banyak cara yang bisa tenaga pendidik lakukan untuk medisiplinkan seorang siswa selain dengan menampar.

"Sebenarnya banyak cara lain yang bisa dilakukan oleh kepsek itu selain dari menampar. Karena menampar itu terlalu destruktif hasilnya. Salah satu caranya adalah kita ngelapor sama orang tuanya, kita lihat bagaimana dari orang tuanya itu menanggapi seperti apa," ujarnya.

Ada pun mahasiswi Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran, Nadine Laysa, menyatakan bahwa skors atau dikeluarkan dari sekolah merupakan langkah yang paling menakutkan dan memberi efek jera bagi para siswa.

"Yang paling saya rasa menakutkan itu adalah skors, gitu kan. Siswa gak boleh masuk sekolah, ya di-skors gitu, entah itu beberapa saat atau langsung dikeluarkan, gitu," katanya.

"Maksudnya, apa lagi sebenarnya yang mau sekolah kasih selain yang paling tinggi, ya di-skors dan dikeluarkan," tambahnya.

2. Tindakan tenaga pendidik menampar dan orang tua melapor ke polisi dianggap berlebihan

Tangkapan layar orang tua siswa SMAN 1 Cimarga, Banten, yang ditampar kepala sekolah karena merokok. (instagram.com/jakarta24jam.id).

Meski keduanya menolak kekerasan, Andy menilai respons orang tua yang melapor dan kepala sekolah yang menampar terlalu berlebihan. Menurut dia, kedua pihak bisa menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan.

"Kita sebagai anak mengadu kepada orang tua itu adalah hal yang wajar. Tapi dari sisi ini, menurut gue tindakan dari kepsek dan juga tindakan dari bagaimana orang tua itu menanggapi itu terlalu berlebihan. Menurut saya karena semua tenaga pendidik itu sebenarnya tidak berhak untuk memberikan kekerasan dalam bentuk apa pun," ujar Andy.

"Dari pandangan saya, orang tuanya ini terlalu berlebihan dalam memberikan reaksi. Seperti misalnya melaporkan tenaga pendidiknya. Padahal menurut saya itu sesuatu yang bisa diselesaikan secara baik-baik, secara kekeluargaan. Dan harusnya juga orang tuanya lebih baik lagi dalam menegur anaknya," lanjutnya.

3. Siswa yang bersalah juga harus ditindak lebih lanjut

Tangkapan layar siswa SMAN 1 Cimarga, Banten, yang ditampar kepala sekolah karena merokok. (instagram.com/jakarta24jam.id).

Di sisi lain, Nadine menganggap tindakan melapor polisi sebagai hak dari orang tua yang menganggap anaknya terancam dan berharap kepolisian dapat menjadi penengah yang baik.

"Kalau misalnya (orang tua) mau mempermasalahkan ini lebih lanjut, ya terserah, tapi yang pasti gak boleh lepas pandang juga dari anaknya. Anaknya juga harus kena karena dia itu merokok di lingkungan sekolah," kata dia.

Namun, Nadine menilai tanggung jawab tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada pihak sekolah. Bagi Nadine, tidak baik jika orang tua terus membela tindakan anak yang seharusnya mendapat disiplin.

"Yang pasti kalau menurut gue sebagai inti, melihat dari berbagai sisi yang pertama yang memicu segala hal ini tentu anaknya ngerokok di sekolah, ya salah lah. Dan kepseknya juga mungkin kepalang kayaknya sih," ujar Nadine.

"Semoga dibawa ke polisi lebih jelas lagi dan bisa menjadi jalan tengah," tutupnya.

Editorial Team