Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bara JP
Presiden RI, Prabowo Subianto bersama Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka (dok. Setwapres)

Intinya sih...

  • Jokowi mengarahkan agar Prabowo-Gibran dua periode untuk memperhatikan bonus demografi yang berdampak pada 2045.

  • Arahan Jokowi kepada Bara JP sudah lama, namun baru ramai-ramai setelah Bara JB mengumumkan dukungan.

  • Bara JP menegaskan relawan harus terus mendorong pemerintahan mendukung kinerja presiden dan wakil presiden, serta isu dua periode tetap disampaikan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) jadi sorotan publik, lantaran jadi pihak yang mengembuskan arahan dari Presiden ketujuh RI, Joko "Jokowi" Widodo soal dukungan agar duet Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dua periode.

Hal tersebut sempat disampaikan Ketua Umum Bara JP, Willem Frans Ansanay, dalam acara pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Bara JP periode 2025-2030, di Kompleks Museum Joang ’45, Menteng, Jakarta, Sabtu, 13 September 2025.

"Amanat dari pembina utama Bara JP yaitu Bapak Insinyur Joko Widodo, Presiden ke-7, bahwa Bara JP harus menjadi organisasi relawan yang mengawal pemerintahan Prabowo-Gibran 2 periode,” kata Frans.

Gayung pun bersambut, Jokowi mengonfirmasi, dirinya memang mengarahkan demikian kepada relawannya.

Saat dihubungi IDN Times, Frans pun menjelaskan alasan awal mula narasi Prabowo-Gibran dua periode jadi perbincangan publik. Ia juga menyampaikan pandangan mengenai adanya kritikan dari berbagai pihak, yang menilai isu yang dimunculkan masih terlalu dini, karena Prabowo-Gibran belum genap memimpin setahun.

Frans juga membahas soal ketidakharmonisan hubungan Prabowo dan Jokowi, hingga kekuatan relawan sebagai komponen penting mesin politik. Berikut wawancara khusus dengan Frans.

Apa arahan yang disampaikan Jokowi soal Prabowo-Gibran dua periode?

Presiden RI, Prabowo Subianto bersama Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka (dok. Setwapres)

Pernyataan Pak Jokowi itu bukan hal baru. Di masa pemerintahan yang beliau, beliau sudah bicara tentang bonus demografi yang berdampak pada 2045. Kalau bonus demografi itu kemudian tidak ditata dengan baik, dan dalam tongkat estafet generasi tua atau pada generasi milenial dan Gen Z itu tidak disiapkan, maka dikhawatirkan pada 2045 ke atas itu kita tidak mencapai Indonesia emas, yang menyejahterakan masyarakat bangsa kita ke depan.

Karena itu, di era kepemimpinan selalu beliau sampaikan ada bonus demografi yang harus diperhatikan. Jadi pernyataan ini disampaikan juga di Oktober 2023, dalam pertemuan dengan relawan itu dibahas. Saat itu, kan Pak Prabowo sudah dengan Mas Gibran yang mempersiapkan diri untuk Pilpres 2024 ya.

Jadi bertepatan dengan itu, beliau sampaikan kalau bisa dalam visi misi Pak Jokowi keberlanjutan Nawacita itu, bisa dijalankan oleh Pak Prabowo, sesuai dengan pertemuan-pertemuan, diskusi yang sudah terjadi. Jadi konteksnya seperti itu.

Sekarang ini kalau kemudian dianggap orang hal baru dan masih lama 2029 dan sebagainya, sebetulnya tidak di situ. Jadi ada retorika-retorika yang dimunculkan oleh para pengamat, atau mungkin dari partai politik yang mungkin menganggap curi start atau terlalu pagi dan sebagainya, bilang seperti itu ya. Kami tidak (setuju), biar biasa saja itu, namanya demokrasi ya silakan saja.

Tapi bagi kami arahan Pak Jokowi kepada Bara JP itu, arahan langsung kepada Bara JP, tapi kemudian ada relawan lain (yang juga dapat arahan), saya tidak tahu ya. Tapi pilpres ke sini, hal ini kan tidak diungkapkan lagi, secara terus-menerus karena proses pemerintahan berjalan dibawah kendali presiden. Nah, sampai ke sebelum Juni, bahkan sampai sekarang itu kan banyak pengamat, banyak orang yang merasa tidak sesuai dengan Pak Jokowi mengungkit-ungkit masalah ijazah, masalah pemakzulan Gibran, meremehkan Gibran dan sebagainya.

Nah di Juni, waktu Bara JP kongres luar biasa, setelah saya bertemu, beliau setuju. Kemudian panitia datang dan bertemu lagi, beliau arahkan dua periode ya, begitu Kongres 18-20 Juni di Taman Mini di Gedung Pencak Silat, itu saya langsung gebrak di situ, bahwa Bara JP harus dukung Prabowo-Gibran dua periode.

Nah, karena itu jadi masif dan banyak tanggapan beragamlah. Nah konsepnya itu seperti begini, kalau orang bilang Pak Jokowi itu pengantin sejak dini dengan Prabowo lagi, silakan saja. Tapi bagi saya, seorang orang tua, karenanya anaknya wakil presiden ya wajar-wajar aja kalau beliau menyampaikan hal itu.

Banyak juga tokoh-tokoh bangsa yang lain mengagumkan bapaknya. Misalnya, Bu Mega membanggakan Pak Sukarno dan ideologi yang dibangun ideologi Sukarno, untuk berbicara tentang bangsa ini. Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) membanggakan anak-anaknya, kan begitu, dipersiapkan menjadi gubernur DKI, keluar dari TNI. Kemudian karena gak jadi, dipersiapkan menjadi ketua umum partai dan secara popularitasnya AHI (Agus Harimurti Yudhoyono) ya naik dan menjadi menteri.

Jadi wajar saja kalau Pak Jokowi juga menyiapkan anaknya. Jadi menurut kami pandangan-pandangan yang seperti mendelegitimasi Pak Jokowi itu, ya itu pandangan orang-orang yang ya saya kira mungkin, hanya pengamat itu apa sih basis realnya di lapangan, kan gak ada. Ya hanya bicara saja. Nah karena itu, Bara JP dengan pernyataan Pak Jokowi itu mengingatkan kembali, untuk jangan lupa terus mendorong pemerintahan ini mendukung sepenuhnya kinerja presiden dan wakil presiden, serta ya isu dua periode tetap kita sampaikan.

Nah, yang kedua ada orang yang menganggap bahwa nanti di era 2029 kan fenomena politiknya berbeda. Itu kami paham karena berdasarkan Putusan MK (Mahkamah Konstitusi), maka semua partai sudah boleh mengajukan dalam konteks presidential threshold. Jadi ya silakan aja PDIP mau menyiapkan Mbak Puan, Demokrat mau menyiapkan AHY, atau siapa saja silakan.

Tapi arahan Pak Jokowi ya nanti kan bisa dilihat dari elektabilitas masing-masing. Menjelang pencalonan-pencalonan. Nah, kalau survei dan elektabilitasnya bagus, ya kan tidak menutup kemungkinan dua periode ke depan. Jadi apa sih yang dikhawatirkan? Nah, sebetulnya harus kita bangga bahwa generasi milenial terwakili di pemerintahan sekarang, dan saya kira hari ini yang sangat siap adalah wapres (Gibran) ya.

Yang ketiga, ada pendapat para pengamat bahwa wapres harus berbuat sesuatu seperti kelihatan di kalangan milenial dan Gen Z, supaya misalnya berbicara tentang dampak bonus demografi dari sisi ekonomi, dari sisi tenaga kerja dan lain-lain. Itu sah-sah saja pendapat itu.

Tapi saya ingin bilang bahwa tidak mungkin selama wapres mengerjakan sesuatu melampaui batas dari presiden. Karena wapres itu adalah yang membantu presiden juga. Nah, kemudian para menteri yang mendampingi juga melaksanakan program presiden, misalkan peningkatan ekonomi yang direncanakan dari sekitar lima sampai enam persen, sekarang mau target 8 persen. Itu kan ada kementerian-kementerian dan pembantu presiden yang mengerjakan.

Nah, kalau wapres itu melakukan pekerjaannya melampaui presiden, kan bisa bubar ini presiden dan wapres. Kita tidak mau ada kegaduhan. Nah jadi bagi saya para JB menjalankan amanat Pak Jokowi itu wajib hukumnya.

Keempat, saya juga ingin sampaikan bahwa hubungan antara Pak Prabowo dan Pak Jokowi jangan dirusak oleh pandangan-pandangan pengamat. Pak Prabowo itu dalam kesepakatan dengan Pak Jokowi adalah melanjutkan. Nah, dalam konteks keberlanjutan visi-misi Pak Jokowi, dilakukan oleh Pak Prabowo yang kita kenal dengan konsep program-program Nawacita, kemudian dia keberlanjutannya lewat Asta Cita dan 17 program prioritas. Maka Pak Jokowi juga berpesan kepada Bara JB, sosialisasikan di lapangan bahwa ini program yang bagus.

Nah, kita ya mengerjakan gitu loh. Jadi bukan berarti para partai politik merasa, kami sebagai warga negara dalam konteks komunitas relawan disepelekan. Jangan juga, karena saya kan tauh persis bagaimana kerja-kerja partai politik dan komunitas-komunitas relawan, tatkala dihadapkan kepada Pilpres, pemilihan gubernur, wakil gubernur atau bupati-wakil bupati, wali kota-wakil wali kota. Biasanya setelah membeli rekomendasi yang kerja waktu itu kan calonnya. Nah, biaya beli rekomendasi saja mahal, belum biaya lagi menggalang kekuatan, belum lagi bagaimana menghadapi kesepakatan-kesepakatan dalam memenangkan calon tertentu. Karena itu, beban partai politik, beban calon yang dihadapkan dengan partai politik.

Nah, kami relawan kan tidak ada beban. Jadi kami akan terus menyuarakan program Pak Presiden Prabowo dan Mas Gibran, ya kami juga menyuarakan dua periode. Soal nanti dari ketua-ketua partai yang merasa bahwa mereka lebih kompeten karena punya partai, silakan aja. Tapi kan pengalaman menunjukkan. Akhirnya utak-atik calon kandidat itu akan terjadi di mendekati injury time. Karena itu, kita bekerja untuk menaikkan elektabilitas Mas Gibran, itu konteksnya.

Yang kelima, saya ingin bilang bahwa kalau orang menganggap relawan itu apa sih? Ada yang bilang bubarkan aja dan sebagainya, tidak dalam konstitusi negara, buat kami tidak ada masalah. Itu pendapat Anda. Tapi bagi saya, relawan itu punya historis. Republik ini dibangun dari semangat kerelawanan para pejuang, yang saat itu partai politik belum ada. Mereka dengan komunitas kedaerahan, mereka dengan semangat dibakarnya kemerdekaan, akibat merasa menghadapi birokrasi penjajah yang membuat masyarakat tidak sejahtera, pengangguran di mana-mana.

Membuat kesemangat kerelawanan itu terakumulasi dan membentuk jaringan-jaringan komunitas, dan mereka memperbutkan kemerdekaan. Itu bisa saja terulang, manakala birokrasi yang terkesan seperti suaranya Bung Karno, saya akan memerdekakan, berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, mengusir penjajah dan lain-lain. Tapi dalam mengisi kemerdekaan, generasi penerus akan menghadapi penjajah dari dalam sendiri. Nah, penjajah dari dalam sendiri itu siapa? Ya para koruptor, para orang yang tidak mempedulikan kepentingan rakyat.

Karena itu, semangat kerelawanan itu berada di grassroot bersama masyarakat, jadi kami tidak khawatir mau dibilang gaya apa, tidak ada urusan kami. Yang penting kita menjalankan niat baik, yaitu memsosialisakan program Presiden Prabowo dan Mas Gibran.

Yang terakhir, saya menaruh hormat kepada Pak Jokowi, karena beliau setelah terpilih di periode kedua, lawannya dua kali dia kalahkan adalah Pak Prabowo, tapi beliau datang ke rumahnya Pak Prabowo, meminta kesediaan untuk membantunya di dalam Kabinet Indonesia Maju, dan ya kita bersyukur Pak Prabowo berkenan hadir dan bersama-sama dengan Pak Jokowi. Jadi suasana kebatinan kedua tokoh bangsa ini saya kira tidak akan dirusak semudah itu oleh pandangan-pandangan yang skeptis atau pandangan yang mendelegitimasi Pak Prabowo dan Pak Jokowi.

Hal lainnya, Pak Jokowi menjelang akhir membawa Prabowo ke mana-mana, secara body language kita lihat ternyata Prabowo yang digadang-gadang, harusnya dengan Mas Ganjar, tapi PDIP gak kasih mau jadi Presiden. Nah kemudian muncul tiga kandidat dan ya Pak Prabowo di dalam pembicaraan selanjutnya karena Mas Ganjar mau jadi presiden, ya akhirnya dicarikan alternatif, alternatif lain itu antara lain ada Erick Thohir dan entah siapa lagi, tapi yang pasti, karena kondisi itu Pak Prabowo sampaikan dalam beberapa pertemuan bahwa dia yang minta beberapa kali itu minta untuk itu, kalau gak salah enam kali minta ya untuk Mas Gibran bisa mendampingi, bahkan ke Solo.

Jadi harmonisasi Prabowo dan keluarga Pak Jokowi itu jangan kemudian oleh pendapat skeptis orang per orang hubungan itu tidak akan harmonis. Nah, yang berikut adalah Pak Jokowi sebelum berakhir masa jabatannya sebagai presiden ya memulihkan pangkat Pak Prabowo sedari dipecat oleh senior-seniornya pada pemerintahan reformasi, tapi kemudian beliau dipulihkan pangkatnya dan diberikan bintang empat, itu kan semua jasa-jasa Pak Jokowi.

Kalau seperti itu ya kita gak bisa juga menafikan harmonisasi mereka. Terus yang terakhir ya, Pak Prabowo juga itu tipikal orang yang jiwa besar, orang yang baik dan mempunyai sikap pengampunan, negarawan, dan ya luar biasalah beliau ini. Dan saya kira beliau ini orang yang selesai dalam hidupnya, dia menggadaikan hidupnya untuk pembangunan bangsa ke depan.

Nah, karena itu dia bisa memaafkan para seniornya yang memecat dia dari tentara zaman itu, dan mengikutkan dalam kabinetnya. Nah, ini sesuatu yang luar biasa, teladan yang mulia. Jadi antara Jokowi dan Pak Prabowo itu menurut kami Bara JB itu satu mata uang, dua-dua punya kelebihan, tapi tetap satu dalam visi kebangsaan.

Sinyal-sinyal dukungan dua periode dari Jokowi ke Prabowo-Gibran ini sebenarnya sudah lama, tapi baru ramai-ramai belakangan ini?

Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 (ANTARAFOTO/Rivan Awal Lingga)

Ya baru ramai-ramai setelah heboh dan Bara JB yang bunyikan. Makanya dicek ke sana gitu. Jadi waktu saya terpilih jadi ketua umum Bara JP di Kongres Luar Biasa pada 14 sampai 20 Juni, itu saya langsung menggebrak di media bahwa Bara JB mendukung Prabowo-Gibran dua periode.

Kemudian dalam pelantikan 13 September kemarin di Gedung Joeang, pun saya bunyikan itu lagi. Nah, itu kan dimuat media semua. Kemudian media ke Solo nanya kepada Bapak Jokowi ya, (beliau bilang) 'saya perintahkan, relawan'. Jadi tuntas barang itu kan. Nah, kalau ada yang gerah karena mempersiapkan calon-calon wakil presiden yang menjelang 2029 dari partai politik, ya monggo silakan aja kami.

Saya pinjam istilah bahasa Jawa, ora urus lah (bodo amat) kami itu. Kita ini kan gak punya partai kan. Jadi ya relawan bekerja dengan estimasi pertaruhan adalah konsolidasi ini dibangun supaya 2029, ada partai yang melamar. Dalam perubahan president threshold itu kan tidak hanya partai besar saja, partai kecil juga bisa kumpul-kumpul, cocok, mengajukan, bisa aja gitu.

Apakah relawan akan koordinasi dan konsolidasi juga ke partai-partai buat menyodorkan duet lagi Prabowo-Gibran di Pemilu 2029?

Kami belum sampai ke situ. Kami hanya bicara tentang bagaimana basis kami di daerah 34 provinsi, dan empat provinsi lagi saya tentu di Papua, provinsi baru. Setelah itu konsolidasi kami di grassroot saja. Pemain seperti biasa, jadi kalau klaim-klaim dari partai politik ya kita sudah tahulah.

PSI sering menyebut dirinya sebagai Jokowisme. Menurut Bara JP, apakah PSI juga harus mendukung Prabowo-Gibran dua periode bareng relawan?

Saya kira dalam kongres PSI kan sudah bicara itu. Dan anak Pak Jokowi, Mas Kaesang kan juga ketua PSI. Jadi sah-sah saja gak ada masalah. Nah di kepengurusan Bara JP ini kan multipartai. Banyak kader PSI di dalam relawan Bara JP. Ada juga Gerindra, ada juga Golkar, ada juga PKB, ada juga PPP. Jadi di dalam ini orang-orang yang terkumpul, mungkin menurut saya, mereka tidak bisa berakselerasi di partai-partai politik. Sehingga lewat perjuangan relawan, komunikasi jalan, komunitas ini terbangun dan menjalankan roda organisasi, visi-visinya ke depan menjelang tahun-tahun politik.

Kalau dari Bara JP, apakah akan jadi partai politik atau mungkin dari semua relawan Jokowi bergabung jadi partai politik?

Bara JP (dok. Twitter/Bara JP)

Saya tidak dalam konteks itu, karena Bara JP itu sudah ada teman-teman yang pengurus dari partai lain gitu. Jadi kita semua berjuang, nanti di musim tahun politik silakan saja mereka mau jadi caleg dari partai masing-masing, gerbongnya ya kita serahkan, gunakan Bara JP.

Kalau sudah gerbongnya bagus kan ya mudah-mudahan mereka terpilih, walaupun dari partai mana saja tapi kita adalah komunitas relawan yang mempunyai kesehatian, kesepemahaman, dan nilai rasa dalam perjuangan bersama gitu loh.

Saya kemarin di Papua mendukung salah satu kandidat yang didukung PDIP dan PKN dalam pemilihan gubernur 2024, itu putaran pertama itu kami ikut memenangkan kandidat tersebut. Kemudian, dalam permohonan Mahkamah Konstitusi (MK) dianulir wakilnya dan kemudian terjadi PSU (Pemungutan Suara Ulang). Nah, pada saat itu, saya sebagai pelaksana tugas dan ketua wilayah Indonesia timur, saya lihat bahwa ada situasi kurang harmonis dari oknum-oknum partai terhadap Pak Jokowi, ya akhirnya kami mengalihkan dukungan.

Dan dengan kekuatan relawan Bara JP, setelah mengalihkan dukungan kepada calon yang kalah di Pilgub 2024, ternyata menang calonnya. Nah karena menang, di situ saya mengukur bahwa kekuatan relawan itu masih punya kekuatan yang sulit dianggap sepele oleh partai politik. Militan sekali relawan. Kami di Papua itu massa rakyat Indonesia Timur itu Jokowi banget ya. Efek Jokowi masih ada, jadi jangan juga dianggap sepele. Kalau di Papua lebih ekstrem, ada saudara-saudara kami orang Papua yang mengikuti di media-media sosial mereka sudah kasih marga Pak Jokowi untuk marga Papua. Dan mereka minta ya Pak Jokowi kalau gak diterima di sini, ya kami siapkan bapak datang untuk memimpin kami.

Nah, jadi saya masih melihat Pak Jokowi ini masih dicintai banyak orang, dan Pak Jokowi bersama Pak Prabowo telah membawa Pak Prabowo menjadi presiden. Jadi siapa pun kita, baik pengamat baik apa, mari kita dukung program-program Asta Cita dan 17 program prioritas Pak Presiden. Dukung dalam arti begini, memberikan sosialisasi yang baik kepada masyarakat, mendorong program itu bisa dilaksanakan, misalnya MBG, terus Sekolah Rakyat, Koperasi Merah Putih ya kita support.

Jangan kita membangun adigum-adigum baru yang kemudian seperti menganggap Pak Prabowo ugal, ya jangan dungu, karena beliau ini baru memerintah beberapa bulan kan. Jadi ke depan mari kita secara nasional berpikir secara baik, men-support, mendukung dan jangan membuat dikotomi antara presiden dan wakil presiden. Catatan saya, wakil presiden itu ada di bawah arahan Presiden. Jadi kalau dia tidak melakukan sesuatu yang menurut pengamat politik dia secara SDM gagal, salah juga. Kalau dia kerjakan itu nanti juga ambil lebih kapasitas presiden, salah juga kan begitu.

Bagaimana tanggapan Bara JP soal muncul narasi orang dekat Jokowi di kabinet yang sering disebut Geng Solo mau dilepas dari Kabinet Merah Putih?

Presiden ke-7 Joko “Jokowi” Widodo. (IDN Times/Larasati Rey)

Tanggapan saya begini, bahwa kabinet sekarang ini, jangankan orang Jokowi, orangnya Pak SBY juga ada. Jadi kalau kita gunakan istilah itu, parameter itu, itu sama saja kita membuat kegaduhan. Kalau saya begini, artinya mengadu domba antara pejabat-pejabat sebelumnya ya, presiden sebelumnya.

Menurut saya kalau hari ini, siapa saja yang ada dalam Kabinet Prabowo-Gibran, maka dia itu otomatis orangnya Pak Prabowo. Disebut kan masih orang Jokowi, salah juga. Sudah bukan orangnya Pak Jokowi, karena dia pernah membantu Pak Jokowi, sekarang dia bergeser membantu Pak Prabowo, jadi sekarang dia orangnya Pak Prabowo. Jadi kalau dibangun isu orang Pak Jokowi diberanguskan, tidak boleh di sini, salah juga. Karena ada orangnya Bu Mega juga diberhentikan, orang-orang dari partai lain juga diberhentikan.

Jadi maksud saya, tidak menutup kemungkinan mereka bisa diberhentikan. Karena kalau memang tidak mampu dan yang kedua ada kasus korupsi, ya itu kewenangan Bapak Presiden. Maksud saya, Pak Budi Arie itu orangnya Pak Prabowo, sudah bukan orangnya Jokowi. Karena menjadi menteri di bawah Kabinet Pak Prabowo. Bu Sri Mulyani dulu dari SBY, Jokowi dua periode, kemudian Pak Prabowo, ya itu orangnya Pak Prabowo juga, bukan orangnya Jokowi atau orangnya SBY.

Jadi kita hindari framming yang seperti itu, karena itu sama saja mengadu domba, memancing suasana hubungan harmonis antara SBY, Jokowi, dan Pak Prabowo itu terganggu. Ya Ibu Mega juga ada, orangnya Ibu Mega yang diberhentikan ya kita anggap itu orangnya Pak Prabowo. Jadi tokoh-tokoh bangsa ini biarlah kita memberikan apresiasi, mereka mantan Presiden, mereka yang sudah berbuat terbaik yang kita hormati. Jadi sekarang ini semua yang ada di kabinet Pak Prabowo adalah orangnya Pak Prabowo.

Editorial Team