Carbon trading adalah perdagangan baik pembelian atau penjualan dalam konteks suatu ekosistem menyerap atau menghasilkan emisi. Siapa yang beli? Yang beli di antaranya negara industri yang menghasilkan emisi terus.
Tapi pertanyaan mendasar adalah apakah betul carbon trading dengan cara seperti itu betul mengurangi emisi, baik untuk lingkungan? Kan gampangnya gini, misalnya punya perusahaan batu bara nyambung ke PLTU itu ada batas maksimumnya untuk menghasilkan emisi. Kalau kelebihan bisa offside.
Pertanyaannya kalau keuntungannya besar, ya gak akan berkurang dong emisinya? Selama dia ekonomis maka terus akan jual beli karbon. Itu pertanyaan mendasar apakah betul carbon trading bisa mengurangi dampak perubahan iklim.
Kedua apakah negara industri yang banyak menghasilkan emisi ini atas nama dia membeli kredit karbon di Indonesia dan dia terus membeli karbon dari Indonesia, kan ini juga PR.
Ada juga carbon offside. Misalnya punya perusahaan listrik ambil dari batu bara tapi karena penggunaan teknologi baru sehingga ada sisa 1 juta ton karbon yang tidak terpakai. Nah itu bisa di-offside kan ke perusahaan lain.
Buat kita pertanyaan besar, apakah dengan skema jual beli karbon ini bener ngerem perubahan iklim, atau enggak hanya menghasilkan dampak eksploitasi baru atas nama iklim.
Menurut pemerintah, perdagangan karbon bisa meningkatkan lahan hutan di Indonesia? Bagaimana pandangan Pantau Gambut sendiri?
Yang mungkin kita lakukan sebenarnya menjaga ekosistem yang ada itu. Kalau dalam pandangan kami kewajiban menjaga ekosistem itu bukan hanya kewajiban Indonesia. Negara penghasil emisi itu juga kan harus bertanggung jawab. Jadi komitmennya global.
Pendekatan carbon tax lebih fair menurut kami. Kalau dalam prinsip lingkungan hidup itu fair principle, artinya dia yang mencemari dia harus membayar. Tapi ini ‘dimainkan’ oleh pebisnis. Kan akhirnya Indonesia disuruh menjaga hutannya kemudian dapat pembiayaan dari proses menjaga hutan itu, termasuk ekosistem gambut di dalamnya.
Tapi pertanyaannya kalau dengan cara seperti itu apakah emisi akan berkurang?
Dalam COP 27 di Mesir terakhir, Sekjen PBB protes keras karena dianggap tidak cukup besar komitmen negara di COP27 untuk menjaga lingkungan. Kenapa pada akhirnya itu menjadi tanggung jawab negara yang punya hutan. Harusnya jadi tanggungjawab bareng. Kalau skemanya begitu celahnya jadi banyak.sehingga kalau sepanjang kita bisa beli kredit karbon, emisinya tetap berjalan.
Padahal waktu kita makin mepet, 10 tahun mengejar kenaikan 1,5 derajat celcius, itu jauh sekali. Itungan terakhir masih bisa di 3 derajat celcius. Kalau kejadiannya seperti itu dampak perubahan iklim akan terus kita terima.
Beberapa indikasi cukup mengkhawatirkan itu misalnya Indonesia itu tipologi bencana hidrometeorologi kecenderungannya naik terus. Nah bencana hidrometeorologis itu faktor utama yang memperbesar faktor risikonya.