Jakarta, IDN Times - "Sudah dua tahun suami saya harus menjalani pengobatan. Selama itu pula kasusnya belum terungkap!"
Orasi yang disampaikan oleh Rina Emilda, istri Novel Baswedan, terdengar menggebu-gebu ketika ikut serta dalam aksi Kamisan pada Kamis (11/4) lalu di depan Istana Negara.
Aksi Kamisan hari itu sengaja dikhususkan untuk memperingati dua tahun teror air keras yang menimpa Novel. Pada 11 April 2017 lalu, ia disiram air keras oleh dua pria di depan rumahnya di area Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia disiram pada waktu subuh usai menunaikan salat di Masjid Al-Ihsan.
Peristiwa teror semacam itu bukan kali pertama dialami oleh penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kepada IDN Times yang mewawancarainya secara khusus di rumahnya pada Selasa (9/4) lalu, Novel bahkan mengaku sudah bolak-balik diancam akan dibunuh. Maka, tak heran apabila tak ada lagi rasa gentar di wajahnya ketika menghadapi ancaman dari para koruptor yang tidak saja ingin mencelakakannya, tapi juga institusi pemberantas rasuah.
Semua risiko itu sudah dipikirkan oleh Novel dan Rina. Kepada IDN Times yang menemuinya usai berorasi di depan Istana Negara, perempuan berusia 37 tahun itu tak pernah meminta suaminya agar bersikap lembek dalam memberantas korupsi. Sebagai istri, ia mendukung penuh langkah Novel yang memilih berkarier menjadi penyidik di KPK dibandingkan di institusi Polri.
"Novel yang sejak dulu saya kenal memang sudah memegang teguh prinsip yaitu ingin berjuang dan membawa manfaat bagi orang lain," kata perempuan yang disapa Emil itu.
Itu sebabnya ketika suaminya mendapat serangan teror, Emil memandangnya sebagai suatu risiko yang harus dihadapi karena konsisten berjuang memerangi korupsi. Termasuk ketika sempat terbesit di pikiran Novel untuk mundur dari KPK, Emil adalah sosok yang menguatkan agar keputusan itu dipikirkan ulang.
"Karena melihat kondisi di kantor (KPK) seakan-akan perahunya (berjalan) tanpa arah. Tapi, niatnya bukan untuk mundur kok, melainkan ia butuh waktu untuk berpikir mau berbuat apa lagi," tutur dia.
Niat Novel yang sempat ingin mundur adalah pilihan yang manusiawi. Di saat ia diteror air keras, pimpinan tempatnya bekerja malah tak mendesak presiden agar segera dibentuk tim independen pencari fakta. Ketua KPK, Agus Rahardjo malah masih mempercayakan tim pencari fakta buatan Polri yang sejak tiga bulan lalu belum menghasilkan kemajuan apa pun.
Di sisi lain, Presiden Joko "Jokowi" Widodo terlihat seolah tidak berani mengambil keputusan tegas dan mengevaluasi kinerja Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian. Padahal, di awal kasusnya, Jokowi sempat berjanji akan menuntaskan kasus teror Novel.
Keteguhan Emil untuk mendorong suaminya terus memberantas korupsi menjadi contoh nyata teladan dari Kartini di masa kini. Penasaran apa pesan Emil bagi perempuan lain yang suaminya juga menjadi korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)? Berikut wawancara khusus IDN Times bersama istri Novel Baswedan, Rina Emilda.