Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) dan Chairman CDCC Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilization (CDCC), Din Syamsuddin (IDN Times/Istimewa)
Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) dan Chairman CDCC Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilization (CDCC), Din Syamsuddin (IDN Times/Istimewa)

Intinya sih...

  • Jusuf Kalla (JK) dan Din Syamsuddin menegaskan bahwa perdamaian adalah inti kehidupan manusia.

  • World Peace Forum merupakan gerakan moral peacemakers dunia yang bukan pertemuan politik, melainkan ruang gagasan bagi para pencipta perdamaian dunia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) dan Chairman Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilization (CDCC), Din Syamsuddin, menghadiri acara World Peace Forum 2025 di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).

JK dan Din kompak mengatakan, inti dari peradaban manusia adalah kedamaian, sejalan dengan tema besar gelaran World Peace Forum ke-9 tahun ini.

1. JK: Inti kehidupan adalah damai

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla di kediamannya di Jakarta Selatan, Selasa (17/6/2025). (IDN Times/Aryodamar)

Saat ditemui usai acara, JK menekankan, perdamaian bukan sekadar konsep, tetapi bagian dari keseharian masyarakat.

"Semua orang berpikir tentang kehidupan yang damai. Tidak ada orang yang berpikir untuk korban peperangan. Jadi bagaimana kita tiap hari mengucap salam itu berkali-kali mengucapkan peace. Salat kita, assalamualaikum. Di mana-mana ketemu orang, assalamualaikum. Itu kan doa tentang kedamaian. Jadi inti daripada kehidupan kita itu damai. Oleh karena, maka dengan begini memberikan spirit kita semua untuk bagaimana membuat kedamaian di dunia ini," kata dia.

JK juga menyinggung posisi Indonesia dalam mendorong perdamaian dunia.

"Ya, tentu kita berusaha. Presiden kan juga berusaha untuk itu di PBB," ujar dia.

2. Gerakan moral peacemakers dunia

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Sementara, Din Syamsuddin, mengatakan, World Peace Forum merupakan gerakan moral lintas bangsa dan agama yang telah berlangsung sejak 2006. Dia menegaskan, forum ini bukan pertemuan politik, melainkan ruang gagasan bagi para pencipta perdamaian dunia.

"Ya, kegiatan ini sudah dimulai sejak 2006, dwi tahunan, setiap dua tahun. Ini yang kesembilan. Sebenarnya dan sejatinya adalah gerakan moral dari para pencipta perdamaian di dunia, karena kami bukan pemerintah, bukan negara, maka berada pada tataran moral untuk menyebarkan ide-ide sebagaimana Pak Jusuf Kalla katakan tentang pentingnya perdamaian," ujar Din.

"Jadi ini hanyalah pertemuan dari para, bahasa Inggris-nya, peacemakers, lintas agama, lintas negara, lintas profesi. Sebenarnya, ya, bertemu-temu dan akhirnya membicarakan. Tentu nanti lembaga yang menyelenggarakannya dan organisasi masing-masing mengarusutamakan pentingnya apa yang kami sebut tentang jalan tengah," sambung dia.

Din juga menyoroti nilai-nilai moderasi lintas tradisi dan agama yang menjadi fondasi forum ini.

"Dari Islam, Wasatiyyat Islam, dan dari Konfusianisme atau Tionghoa yaitu Zhong Yong yang ternyata artinya kerja sama dalam moderasi untuk kesejahteraan bersama," kata dia.

Melalui forum ini, para tokoh berharap semangat perdamaian dapat terus disebarkan ke berbagai negara. Indonesia dengan keragaman dan nilai moderasi, dinilai memiliki peluang besar untuk terus berperan aktif dalam mendorong stabilitas dan dialog global.

3. DPR komitmen perkuat perdamaian global

Ilustrasi gedung DPR di Senayan. (IDN Times/Kevin Handoko)

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan, Adies Kadir, menyampaikan sambutan pembuka dalam Forum Perdamaian Dunia ke-9 yang digelar di Jakarta pada 9 sampai 11 November 2025.

Forum ini dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional dan internasional dari berbagai latar belakang politik, agama, dan budaya.

Dalam sambutannya, Adies menekankan pentingnya forum ini sebagai wadah strategis untuk memperkuat komitmen global terhadap perdamaian di tengah meningkatnya konflik bersenjata, ketegangan geopolitik, dan krisis kemanusiaan.

Dia mengatakan, dialog lintas peradaban adalah kunci untuk membangun toleransi, mencegah kekerasan, dan mengelola keberagaman sebagai kekuatan bersama.

“Dialog adalah jalan untuk menyelesaikan konflik secara damai dan membangun saling pengertian di antara kelompok yang berbeda. Kita tidak boleh membiarkan agama digunakan sebagai pembenaran untuk kekerasan,” kata Adies.

Forum yang mengusung tema “Considering Wasatiyyat and Tiong Hua for Collaboration” ini menjadi ajang kolaboratif antara Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations dan Cheng Ho Multi Culture and Education Trust. Keduanya berkomitmen untuk menggali nilai-nilai Islam Wasatiyyat dan pemikiran Tionghoa sebagai kontribusi Asia dalam membangun dunia yang adil dan harmonis.

Adies mengatakan, DPR mendukung penuh inisiatif Forum Perdamaian Dunia dan akan terus menyuarakan prinsip-prinsip perdamaian melalui diplomasi parlemen.

Dia berharap forum ini dapat memperkuat kesadaran kolektif dan menjadi landasan kerja sama internasional yang berkelanjutan.

Editorial Team