Posko simpang Dapur 6, Sembulang, Pulau Rempang mengalami kerusakan serius (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)
Wadi (48), warga Kampung Tua Sembulang Hulu mengatakan, insiden tersebut terjadi pada Pukul 00.30 WIB di pos solidaritas masyarakat Sembulang Hulu, Sembulang, Pulau Rempang, Kota Batam.
"Saat itu semua masyarakat banyak berlarian ke hutan karena puluhan orang dari PT MEG datang membawa parang, panah dan kayu balok dengan ancaman ingin membunuh warga," kata Wadi, hari ini.
Wadi menjelaskan, peristiwa ini bermula ketika pihaknya melakukan patroli rutin pada Pukul 21.00 WIB, dan menemukan sejumlah orang yang tengah melakukan pengerusakan spanduk penolakan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.
"Saat terpergok warga, beberapa orang kabur menggunakan sepeda motor dan satu orang lainnya masuk ke dalam hutan. Melihat itu kami langsung berkordinasi dengan warga lainnya untuk mengepung dan menyisir kawasan hutan tersebut," ujarnya.
Setelah menangkap satu karyawan PT MEG berinisial R tersebut, selanjutnya warga membawa R ke posko solidaritas masyarakat Rempang di Sembulang Hulu.
"Saat itu datang TNI, Polisi dari Polsek Galang dan beberapa orang lainnya meminta agar karyawan PT MEG yang kami amankan ini dilepaskan, tapi kami meminta dengan catatan PT MEG tidak beraktivitas lagi di Sembulang," beber Wadi.
Tidak berselang lama, pada Pukul 00.15 WIB, Rabu dini hari, datang puluhan orang menggunakan mobil bak terbuka dan mengambil secara paksa karyawan PT MEG yang diamankan warga.
"Mereka datang ada yang bawa parang, panah dan balok kayu. Saat itu warga langsung lari ke hutan. Ada juga yang bertahan, tapi dikeroyok dan diancam akan dibunuh oleh orang PT MEG," tegasnya.
Akibat dari insiden tersebut, sembilan orang warga menjadi korban kekerasan dengan luka sobek di kepala, luka berat, terkena anak panah, patah tangan, dan warga lainnya mengalami luka ringan. Para korban saat ini telah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.