Pejuang Hamas Palestina saat latihan militer saat persiapan menghadapi konfrontansi dengan Israel, di selatan Jalur Gaza, Minggu (25/3/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Lama Alahmad, warga Virgina, juga ikut meramaikan unjuk rasa menyebut, "ada perubahan besar yang terjadi di AS sehubungan dengan perjuangan Palestina untuk mengamankan tanah air yang berdaulat,” kata dia.
"Kami hanya ingin dunia menyadari bahwa kami adalah manusia. Kami bukan teroris," sambung Alahmad, seorang ibu rumah tangga berusia 43 tahun yang tumbuh di Uni Emirat Arab sebelum pindah ke Negeri Paman Sam sekitar 20 tahun silam.
Desakan itu tidak lepas dari klaim Washington terhadap Hamas, kelompok militan Islam penguasa Gaza, yang masuk dalam daftar kelompok terorisme.
Di sisi lain, pakar hukum internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Irfan Hutagalung, mengatakan apa yang dilakukan warga Paelestina, termasuk Hamas, merupakan bentuk perlawanan atas penjajahan.
“Palestina-Israel adalah hubungan antara negara pendudukan dengan wilayah yang diduduki. Sama seperti kita melawan Belanda dulu yang disebut sebagai kolonial. Palestina itu melakukan perlawanan terhadap pendudukan yang membelenggu, membatasi dan mengeksploitasi. Jadi tidak mungkin mereka tidak melawan,” terang Irfan kepada IDN Times.