Foto satelit memperlihatkan Lembah Galwan di Ladakh,pada 16 Juni 2020. ANTARA FOTO/PLANET LAB INC/via REUTERS
Seperti semua konflik perebutan wilayah di dunia, apa yang terjadi antara India dan Tiongkok disebabkan oleh saling klaim sebuah teritori yang belum menemukan ujungnya. Aksai Chin, kawasan di Himalaya, dikontrol oleh Tiongkok.
Tetapi, India mengklaim area tersebut sebagai bagian dari Ladakh, sebuah wilayah di negara itu. Perang terjadi pada 1962 dan gencatan senjata tidak menghasilkan kesepakatan bersama soal perbatasan kedua negara. Yang muncul yaitu LAC di mana tujuan dibentuknya adalah sekadar untuk mencegah perang terbuka.
Bahkan, sampai kini India dan Tiongkok tidak pernah sepaham tentang berapa panjangnya dan mencakup area mana saja. Selama bertahun-tahun, tentara dari dua negara itu berpatroli di LAC. Perang kedua terjadi pada 1967 di dua titik dalam kurun waktu berbeda. Puluhan tentara dari masing-masing pihak jadi korban jiwa.
Pada 1975, tentara Tiongkok dilaporkan menyerbu tentara India yang mengakibatkan empat tentara India meninggal dunia. Sejak itu sampai Senin lalu, tak ada konflik mematikan yang terjadi, melainkan pertikaian-pertikaian kecil di LAC.
Harsh V. Pant, seorang profesor Ilmu Hubungan Internasional dari King's College, London, mengatakan kepada CNN bahwa wilayah di Himalaya tersebut dianggap penting bagi kedua negara karena berhubungan erat dengan kepentingan strategis mereka di kawasan.
Di mata Tiongkok, India dipercaya akan menyulitkan upaya Beijing membangun infrastruktur yang menghubungkannya dengan Pakistan. Dua negara punya kerja sama ekonomi sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI). Sementara India bermusuhan dengan Pakistan, termasuk dalam merebutkan Kashmir.
Bagi India, Aksai Chin adalah bagian dari wilayah Ladakh yang dikontrolnya. Pemerintah mulai membangun infrastruktur di kawasan tersebut sehingga membuat Tiongkok gerah. Pergerakan kecil dari India di teritori yang masih jadi sengketa bisa mengancam rencana Beijing mewujudkan BRI.