Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi siswa di Nigeria
ilustrasi siswa di Nigeria (unsplash.com/Emmanuel Ikwuegbu)

Intinya sih...

  • 50 siswa berhasil kabur dari penculikan massal di Nigeria.

  • 25 siswi juga diculik di negara bagian Kebbi, pelaku belum diketahui.

  • Presiden AS Donald Trump ancam ambil tindakan militer, pemerintah dinilai tidak becus atasi masalah keamanan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Asosiasi Kristen Nigeria (CAN) mengumumkan bahwa sedikitnya 50 dari ratusan siswa yang diculik dari sebuah sekolah Katolik di Nigeria berhasil kabur. Pada Minggu (23/11/2025), anak-anak tersebut dilaporkan selamat dan telah berkumpul kembali dengan keluar mereka.

Kelompok bersenjata menculik 303 siswa beserta 12 guru dari Sekolah Katolik Saint Mary di negara bagian Niger pada Jumat (21/11/2025). Para siswa terdiri dari laki-laki dan perempuan, yang berusia 8-18 tahun.

"Para siswa melarikan diri antara Jumat dan Sabtu dan telah berkumpul kembali dengan orang tua mereka karena tidak dapat kembali ke sekolah setelah mereka melarikan diri,” kata juru bicara ketua CAN cabang negara bagian Niger, Uskup Agung Bulus Dauwa Yohanna, Daniel Atori, dalam sebuah pernyataan. Ia meminta masyarakat untuk terus berdoa demi penyelamatan korban lainnya.

1. 25 siswi juga diculik di negara bagian Kebbi

Sebelumnya, pada 17 November, sejumlah pria bersenjata juga menyerbu sebuah sekolah asrama putri di kota Maga, negara bagian Kebbi, wilayah barat laut Nigeria. Para pelaku menculik 25 siswi dan membunuh wakil kepala sekolahnya, tapi satu siswi berhasil kabur dan kembali dengan selamat.

Dilansir dari Al Jazeera, identitas para pelaku dalam kedua kasus tersebut masih belum diketahui, dan sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. Pihak berwenang daerah bersama aparat keamanan telah meluncurkan operasi pencarian di kawasan hutan sekitar dan di sepanjang jalur pelarian. Polisi, militer hingga pemburu lokal juga dikerahkan untuk membantu.

Gelombang penculikan massal ini mendorong pemerintah di beberapa negara bagian Nigeria memerintahkan penutupan sekolah. Presiden Nigeria Bola Tinubu juga menunda perjalanan luar negeri, termasuk KTT G20 yang digelar di Afrika Selatan pada akhir pekan, untuk menangani masalah keamanan.

2. Presiden AS Donald Trump ancam ambil tindakan militer

Dalam khotbah mingguan Doa Angelus pada Minggu, Paus Leo menyerukan pembebasan para siswa dan guru yang diculik. Ia juga mendesak pihak berwenang agar mengambil langkah yang tepat dan cepat demi memastikan mereka dibebaskan dalam kondisi selamat.

“Saya merasakan duka yang mendalam, terutama terhadap anak muda yang diculik serta keluarga mereka yang diliputi kecemasan,” kata Paus, dikutip dari CNN.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mengambil tindakan militer terhadap Nigeria atas apa yang disebutnya sebagai pembunuhan yang ditargetkan terhadap umat Kristiani di negara tersebut. Pada Jumat, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyatakan bahwa departemennya bekerja secara agresif dengan Nigeria untuk mengakhiri penganiayaan terhadap umat Kristen oleh teroris jihadis.

Namun, pemerintah Nigeria menolak narasi Washington, dan mengatakan bahwa mayoritas korban serangan kelompok bersenjata di negara terpadat di Afrika tersebut adalah umat Muslim.

3. Pemerintah dinilai tidak becus atasi masalah keamanan

Sejak kelompok militan Boko Haram menculik 276 siswi dari kota Chibok pada 2014, Nigeria terus bergulat dengan serentetan penculikan massal, yang sebagian besar dilakukan demi meminta yang tebusan.

Kelompok bersenjata sering menyerang sekolah-sekolah asrama di daerah terpencil karena minimnya pengamanan. Sebagian besar korban akhirnya dibebaskan setelah melalui proses negosiasi.

Aisha Yesufu, salah satu pendiri gerakan #BringBackOurGirls yang memimpin kampanye pembebasan para siswi Chibok, mengatakan penculikan masih terus terjadi karena karena pihak berwenang tidak melakukan apa pun untuk mengatasi krisis tersebut, dilansir dari France24.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team