Jakarta, IDN Times - Satu bulan telah berlalu sejak dimulainya pelepasan air yang telah diolah dan diencerkan ke Samudera Pasifik, dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi oleh Tokyo Electric Power Company (TEPCO). Utilitas tersebut rusak parah akibat gempa bumi dan tsunami dahsyat yang melanda Jepang pada 2011.
Tokyo mulai melepaskannya pada 24 Agustus lalu. Di hari yang sama, Beijing mulai memberlakukan larangan impor makanan laut dari Jepang, disusul oleh Hong Kong dan Makau. Sebelumnya, otoritas bea cukai China telah memperketat pembatasan impor produk seafood tersebut pada Juli.
Tindakan itu adalah respons Beijing dalam menentang masalah tersebut dan telah berulang kali menegaskan sikap seriusnya dalam beberapa kesempatan. Alih-alih menyebutnya sebagai 'air yang diolah', pemerintah China menggunakan istilah 'air yang terkontaminasi nuklir'.
Melihat hal ini, Tokyo berencana untuk meningkatkan seruan kepada Beijing untuk mengakhiri penangguhan impor. Pemerintah Jepang akan melanjutkan upayanya untuk membujuk Negeri Tirai Bambu agar mencabut pembatasannya dengan cara apa pun yang memungkinkan. Pihaknya, sedang mempertimbangkan untuk menggunakan kerangka kerja entitas, seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WHO), dilansir NHK News pada Minggu (24/9/2023).
Berikut fakta-fakta pascapelepasan air limbah nuklir Fukushima Daiichi selama sebulan terakhir hasil rangkuman berbagai sumber!