Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Di KTT G20, PM Jepang Jelaskan soal Limbah Radioaktif Fukushima

KTT G20 di New Delhi, India pada Sabtu (9/9/2023). (twitter.com/kantei)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida, menjelaskan soal pelepasan air olahan dari PLTN Fukushima Daiichi ke perairan Pasifik kepada para pemimpin G20 di KTT New Delhi pada Sabtu (9/9/2023). Hal itu disampaikan Sekretaris Pers Kementerian Luar Negeri Jepang, Hikariko Ono.

Tokyo juga mengatakan bahwa tindakan tersebut aman secara ilmiah, di mana hal ini diperkuat dengan laporan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang menyimpulkan bahwa dampaknya terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan.

"PM Kishida menjelaskan bahwa data yang dipantau sejak pembuangan (air) bulan lalu, telah dipublikasikan dengan cepat dan sangat transparan. Dan tidak ada masalah yang muncul dari sudut pandang ilmiah," kata Ono kepada wartawan.

"Jepang akan terus bekerja sama dengan IAEA dan memberikan penjelasan kepada masyarakat internasional berdasarkan bukti ilmiah dengan itikad baik dan cara yang sangat transparan," Ono menambahkan, merujuk pada pernyataan Kishida di G20, dikutip dari Reuters.

G20 meliputi Argentina, Australia, Brasil, China, India, Indonesia, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, serta negara G7, yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Prancis, dan Uni Eropa, dilansir Kyodo News.

1. Jepang berupaya untuk menjelaskan posisinya soal pelepasan dan keamanan air

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida saat menghadiri KTT G20 di New Delhi, India pada Sabtu (9/9/2023). (kantei.go.jp)

Tokyo juga melaporkan, pelepasan air radioaktif Fukushima menjadi salah satu topik yang dibahas Kishida dengan para pemimpin G20, seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, PM Belanda Mark Rutte, PM Australia Anthony Albanese, dan PM India Narendra Modi di sela-sela KTT G20.

"Sayangnya, beberapa negara telah mengambil tindakan yang tidak biasa, seperti menangguhkan seluruh impor produk seafood Jepang sebagai respons terhadap pembuangan air ke laut baru-baru ini," kata Ono tanpa menyebutkan nama negara mana pun.

Baru-baru ini, Kishida bertemu dengan PM China, Li Qiang, dan menjelaskan mengenai pelepasan air limbah nuklir tersebut di sela-sela KTT ke-43 ASEAN di Indonesia.

Negeri Sakura juga telah mengeluhkan sikap Beijing soal larangan impor makanan laut Jepang ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Hal ini disampaikan oleh Kepala Sekretaris Kabinet, Hirokazu Matsuno pada Selasa. Pihaknya juga berjanji untuk menjelaskan keamanan air tersebut di komunitas internasional.

Produk akuatik yang diekspor Jepang ke China pada 2022 bernilai 600 juta dolar AS (sekitar Rp9 triliun), menjadikannya importir terbesar makanan laut Jepang, disusul Hong Kong.

2. Laporan terbaru IAEA

Ilustrasi reaktor nuklir. (pexels.com/Pixabay)

Dilansir NHK News, IAEA mengatakan pihaknya telah mengambil sampel dan pengukuran air laut di dekat PLTN Fukushima. Hasil sampel dan analisis pada Jumat itu diklaim menunjukkan kadar tritium berada di bawah batas operasional negara.

Badan tersebut juga melaporkan, air laut diambil dari beberapa lokasi dalam jarak 3 kilometer dari PLTN tersebut. Hasil menunjukkan konsistensi sesuai dengan nilai-nilai pelaporan dari operator pabrik TEPCO dan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang.

Pengawas nuklir PBB merilis laporan pada Juli mengenai rencana pelepasan air di Jepang, yang mengatakan bahwa hal itu konsisten dengan standar keselamatan internasional. Saat itu, pemimpin IAEA, Rafael Mariano Grossi, mengatakan bahwa badan tersebut berencana untuk melanjutkan pemantauan dan analisisnya.

3. Tentang pembuangan air radioaktif Fukushima

Bendera Jepang. (Unsplash.com/ Roméo A.)

Pada 24 Agustus 2023, Tokyo memulai pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah ke laut dari PLTN Fukushima yang lumpuh ke Samudera Pasifik. Utilitas tersebut rusak parah akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang pada Maret 2011.

Tokyo mengklaim air itu aman karena sebelum dirilis, TEPCO mengencerkannya guna mengurangi kadar tritium menjadi sekitar sepertujuh dari pedoman air minum yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Meski begitu, tindakan Jepang itu mendapat kecaman dari tetangga-tetangga Asia Timurnya, tak terkecuali China. Beijing sangat vokal dalam menentang masalah itu dan berulang kali menegaskan sikap seriusnya dalam beberapa kesempatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us