Jakarta, IDN Times - Setelah menanti selama bertahun-tahun lamanya, akhirnya pertemuan bersejarah antara kelompok militan Taliban dengan perwakilan pemerintah Afghanistan terwujud pada Sabtu, 12 September 2020 di Doha, Qatar. Pertemuan ini dikatakan bersejarah lantaran ini menjadi kali pertama kelompok Taliban bersedia berbicara dengan wakil pemerintah Afghanistan.
Stasiun berita BBC melaporkan kelompok militan itu sejak awal menolak untuk duduk bersama dan berdialog dengan wakil pemerintah. Alih-alih Taliban malah menyebut pemerintah Afghanistan tak berdaya dan hanya dijadikan boneka oleh Amerika Serikat.
Tetapi, kedua pihak akhirnya mengesampingkan ego masing-masing untuk mengakhiri perang sipil yang terjadi di Afghanistan sejak tahun 1979 lalu. Pertemuan ini akhirnya berhasil digelar usai tercapainya kesepakatan antara AS dengan Taliban. Salah satu poin yang disepakati oleh kedua pihak yakni tenggat waktu Negeri Paman Sam menarik pasukannya dari Afghanistan.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo terbang langsung ke Doha untuk menyaksikan proses negosiasi itu berlangsung. Di dalam pidato pembukaannya ia mengakui tak mudah untuk mengumpulkan dua pihak yang sedang bertikai.
"Tetapi, kesepakatan damai akan memberi manfaat bagi generasi mendatang dan bantuan dari AS bagi tahun-tahun ke depan," ungkap Pompeo.
Dalam pertemuan bersejarah itu, Indonesia turut berkontribusi. Apa peranan Indonesia dalam kesepakatan damai Taliban dan Afghanistan?