Ilustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Ömer Yıldız)
Departemen Luar Negeri AS melaporkan, pihaknya telah membantu lebih dari 400 warga negaranya, penduduk tetap yang sah, dan orang-orang lain yang memenuhi syarat untuk meninggalkan Gaza.
Sekelompok warga Kanada dan tanggungan mereka juga meninggalkan Gaza pada Selasa.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, lebih dari 100 warga negaranya dan tanggungan mereka telah dievakuasi dari Jalur Gaza.
Sementara itu, menurut sumber keamaan Mesir, 100 warganya telah melewati Rafah.
Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Yordania mengatakan, 262 warganya telah dievakuasi dari 569 warga yang terjebak di Gaza.
Dokter dan ahli bedah ortopedi asal Gaza, Mohammad Abu Namous, mengantarkan keluarganya yang memegang kewarganegaraan Moldova untuk meninggalkan Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah.
Namous mengatakan, dia memindahkan keluarganya dari kamp Jabalia di Gaza utara, ketika Israel mulai menyerang al-Zahra dan kemudian kamp-Nusairat di Gaza tengah. Dia sulit menemukan tempat yang aman bagi keluarganya.
Sementara keluarganya dievakuasi, dia tetap tinggal untuk merawat ribuan orang yang terluka akibat aksi keji Israel.
"Seluruh Jalur Gaza tidak aman. Itu sebabnya yang terbaik adalah saya mengeluarkan mereka sehingga saya bisa fokus pada pekerjaan saya merawat pasien," ungkapnya, dikutip dari Reuters.