Ilustrasi Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)
Melansir Associated Press, laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan lalu menyampaikan, serangan ADF sejak April 2022 telah menewaskan sedikitnya 370 warga sipil dan melibatkan penculikan beberapa ratus lainnya.
RD Kongo telah dilanda kekerasan selama beberapa dekade. Lebih dari 120 kelompok bersenjata dan milisi beroperasi di bagian timur negara itu. PBB mengatakan, operasi kelompok bersenjata telah menyebabkan hampir 6 juta orang mengungsi di dalam negeri dan ratusan ribu lainnya menghadapi kerawanan pangan ekstrem.
Saat ini kelompok pemberontak telah memperluas wilayah operasinya ke Goma dan provinsi Ituri, tetangga Kivu Utara.
Trupti Agrawal, analis senior Afrika Timur untuk Economist Intelligence Unit, mengatakan bahwa masalah milisi yang kompleks di Kongo telah lama menghasilkan serangan bermotif etnis. Selain itu, aliansi terjadi antara banyak milisi dengan kepentingan yang berbeda.
"Serangan gereja akan memajukan narasi konflik (di RD Kongo) timur yang mengambil giliran agama. Ini kemungkinan akan memperdalam sentimen anti-Islam di negara mayoritas Kristen, khususnya di provinsi timur di mana pemberontak Islam paling aktif," kata Agrawal.