Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kewalahan, Rwanda Tak Lagi Mampu Tampung Pengungsi Kongo

Pengungsi Kongo yang terdampak akibat konflik (twitter.com/UN Humanitarian)

Jakarta, IDN Times – Presiden Rwanda, Paul Kagame, mengatakan negaranya tidak bisa lagi menawarkan perlindungan kepada orang-orang yang melarikan diri dari konflik di Republik Demokratik Kongo.

“Kami memiliki pengungsi di sini selama lebih dari 20 tahun, dari Kongo. Saya menolak Rwanda memikul beban ini dan dihina dan dilecehkan setiap hari tentang hal itu," kata Kagame kepada Senat, dilansir Anadolu Agency.

Pertempuran secara terus menerus berlangsung di timur Kongo. Wilayah itu kaya mineral dan membuat pasukan federal melawan pemberontak dari kelompok M23.

1. Rwanda tampung puluhan ribu pengungsi Kongo

Para pengungsi Kongo di perbatasan Bunagana. (twitter.com/NRM Youth League)

Menurut Kagame, Rwanda kini tidak bisa menjadi wilayah yang terus menampung pengungsi tetangganya itu. Jumlah pengungsi Kongo di Rwanda saat ini mencapai 72 ribu orang.

“Ini bukan masalah Rwanda. Dan kami akan memastikan bahwa semua orang menyadari bahwa itu bukan masalah Rwanda,” kata Kagame.

“Kami tidak dapat terus menerima pengungsi dari Kongo,” katanya, dilansir Al Jazeera.

2. Kedua negara saling menyalahkan atas konflik

Tentara Kongo dan penjaga perdamaian PBB berpatroli di area serangan di dekat kota Oicha, 30 kilometer dari Beni, Republik Demokratik Kongo timur, 23 Juli 2021. (hrw.org)

Pernyataan Kagame muncul di tengah ketegangan antara Kigali dan Kinshasa atas pemberontak M23 Kongo yang memerangi pasukan pemerintah di timur.

Kongo, Amerika Serikat, dan Eropa telah berulang kali menuduh Rwanda mendukung para pemberontak Tutsi dari M23. Namun, tuduhan itu selalu dibantah oleh Rwanda.

Sebaliknya, Kigali menuduh Kinshasa bersekutu dengan pemberontak Rwanda dari Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Rwanda (FDLR), yang disalahkan atas genosida 1994 terhadap kelompok etnis Tutsi.

3. Konflik masih berlangsung

Ilustrasi militer Kongo (twitter.com/CommandPost UG)

Rwanda menuduh Kongo menggunakan konflik untuk tujuan politik serta merekayasa pembantaian pada November terhadap 131 warga sipil. Penyelidikan PBB menyalahkan kematian pada pemberontak M23.

Sejauh ini, gencatan senjata tentatif dan pengerahan pasukan Kenya melalui Komunitas Afrika Timur (EAC) gagal menghentikan pertumpahan darah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us