Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper tiba di Kabul, Afganistan, pada 20 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Idrees Ali
Dibebaskannya tiga petinggi Taliban membuat publik bertanya apakah ini menjamin berhentinya teror oleh kelompok tersebut. Keraguan ini muncul mengingat profil Haqqani yang memimpin jaringannya dalam rangkaian serangan mematikan terhadap pasukan Afghanistan dan NATO dalam beberapa tahun terakhir, termasuk bom truk di Kabul pada 2017 yang menewaskan lebih dari 150 orang.
Sedangkan menurut The New York Times, komandan kedua bernama Hafiz Rashid terlibat dalam sejumlah aksi bom bunuh diri dan membantu memilihkan target mereka. Kakak Rashid sendiri merupakan anggota tim negosiasi Taliban di Qatar. Komandan ketiga, Haji Mali Khan, tidak diketahui apa saja perannya.
Taliban selama ini menolak berdialog dengan Afghanistan yang mereka sebut sebagai pemerintahan boneka yang dikendalikan oleh Amerika Serikat. Michael Semple, profesor di Global Peace, Security and Justice Institue di University of Belfast berkata kepada Al Jazeera bahwa ketiganya merupakan "elit" di dalam Taliban.
"Kita tahu Taliban sangat berniat mengeluarkan keluarga mereka [dari tahanan] dan kita tahu bahwa nasib para sandera telah jadi perhatian pemerintah Amerika Serikat serta keluarga mereka sejak lama."