TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Keterlibatannya George Washington dalam Konflik Dunia

Pertempurannya mencetuskan konflik dunia yang tak berkesudahan

potret lukisan George Washington menunggangi kuda (commons.wikimedia.org/John Faed)

George Washington dikenang sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Amerika. Meskipun dia bukanlah satu-satunya alasan Amerika memenangkan kemerdekaannya, George Washington adalah sosok yang menginspirasi selama dan setelah revolusi. Namun, rangkaian panjang peristiwa yang membuatnya menjadi Presiden Pertama Amerika mungkin tidak akan terjadi jika bukan karena tindakannya di tempat yang sekarang kita sebut Ohio beberapa dekade sebelumnya.

Pada awal 1750-an, ketegangan antara Prancis dan Inggris di Amerika Utara berada pada titik tertinggi. Di daerah Lembah Sungai Ohio, pasukan dari kedua belah pihak bersaing untuk menguasai wilayah tersebut saat Prancis mulai membangun benteng di sana. Gubernur Letnan Virginia Robert Dinwiddie mengambil tanggung jawab sendiri untuk menghadapi ancaman Prancis dengan mengirimkan pasukan.

George Washington, yang saat itu menjadi mayor dari milisi provinsi Virginia, pada awalnya ditugaskan untuk menyampaikan permintaan ini kepada Prancis pada 1753. Ketika permintaan tersebut ditolak, Washington diperintahkan untuk menyerang mereka pada tahun berikutnya. Bagaimana, ya, kisah lengkap keterlibatannya George Washington dalam konflik dunia?

1. Pengalaman pertempuran pertama George Washington yang memicu konflik global

Ilustrasi Inggris di bawah komando George Washington digambarkan membunuh komandan Prancis Jumonville. Meski begitu, buktinya masih kontroversial. (commons.wikimedia.org/Saibo)

Pada usia yang baru 22 tahun, Mayor George Washington memimpin pasukannya dalam Pertempuran Jumonville Glen (Jumonville Glen menjadi Benteng Prancis). Saat ia yakin bahwa tentara Prancis dan penduduk asli sekutu bermaksud untuk menyerang, Washington melakukan serangan mendadak yang awalnya sangat sukses. Ini menjadi pertama kalinya dia melihat pertempuran dan mungkin memberinya penghargaan besar dari mahkota Inggris. 

Namun, beberapa sekutu dari suku Iroquois yang berpihak pada George Washington membunuh tahanan Prancis dengan cara yang brutal dan menyebabkan sembilan orang tewas sebelum akhirnya mereka bisa dihentikan. Prancis mengetahui eksekusi brutal itu setelah seorang tahanan berhasil melarikan diri. Setelah itu, mereka menyerang posisi Washington dan membuatnya mundur.

Pada Pertempuran Fort Necessity berikutnya, George Washington dipaksa menyerah untuk pertama kalinya. Meskipun dia dan pasukannya dibebaskan segera setelah itu, pertempuran itu menyebabkan penumpukan tentara Inggris dan Prancis di Amerika Utara, menandai eskalasi konflik yang akan mengarah ke Perang Prancis dan India. Konflik ini sangat penting untuknya dan berlangsung selama bertahun-tahun ketika suku-suku Inggris, Prancis, serta pribumi saling berperang hingga 1763. Prancis akhirnya dikalahkan dan dipaksa untuk menyerahkan semua wilayah mereka serta meninggalkan komunitas berbahasa Prancis, seperti Cajun, di bawah otoritas Inggris.

2. Kemenangan Inggris yang belum pernah terjadi sebelumnya

Lukisan ini menggambarkan Robert Clive dan Mir Jafar setelah Pertempuran Plassey, 1757. (commons.wikimedia.orgFrancis Hayman)

Selama periode ini, kedua faksi bertempur di mana pun mereka saling bertemu atau ketika sekutu pihak lain hidup berdampingan. Amerika Utara, Inggris, Prancis, dan sekutu regional mereka, seperti Swedia, Rusia, Spanyol (dan koloninya), Sachsen, dan Kekaisaran Mughal, sebagian besar bertempur di daratan Eropa, Karibia, Afrika barat, India Selatan, dan Filipina. Sementara, sekutu Inggris termasuk Portugal, Hanover, Hesse-Kassel, dan Prusia.

Jalan Inggris menuju kemenangan tidak hanya menyebabkan hegemoni Inggris di Amerika Utara bagian timur, tetapi juga pendirian Prusia sebagai kekuatan militer. Hal ini semakin melemahkan kekuasaan pribumi di India, bahkan meredam kekuatan kolonial saingan mereka di Asia. Bengal Subah sekutu Prancis, sebuah negara bagian yang memisahkan diri dari Kekaisaran Mughal, kehilangan kemerdekaannya ketika direbut oleh British East India Company pada 1757. Kemudian, pada 1762, pasukan angkatan laut Inggris merebut ibu kota Filipina, Manila, yang dulunya baru kembali ke Spanyol dengan penandatanganan Perjanjian Paris 2 tahun kemudian.

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya