TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Riset: Orang yang Divaksinasi Cenderung Selamat dari Long COVID

Badan kesehatan Inggris temukan manfaat vaksin lengkap

ilustrasi vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Herka Yanis).

Jakarta, IDN Times - Sebuah riset oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris Raya (UKHSA) menemukan bahwa orang-orang yang sudah mendapatkan vaksin COVID-19 lengkap cenderung tidak mengalami gejala COVID-19 berkepanjangan alias long COVID setelah terinfeksi virus.

"Riset-riset ini menambah potensi manfaat menerima vaksin COVID-19 lengkap. Vaksinasi merupakan cara terbaik untuk melindungi diri sendiri dari gejala parah ketika terinfeksi dan mungkin juga membantu mengurangi dampak jangka panjang," kata ketua vaksinasi UKHSA Mary Ramsay lewat pernyataan, dilansir kantor berita Anadolu.

Baca Juga: [LINIMASA-4] Perkembangan Vaksinasi COVID-19 di Indonesia

Baca Juga: Inggris Akan Mulai Vaksin Booster untuk Usia 16-17 Tahun

1. Penerima vaksin yang terpapar virus membaik lebih cepat

ilustrasi vaksinasi (IDN Times/Herka Yanis)

Penelitian itu menilik 15 studi nasional dan internasional mengenai dampak long COVID.

Delapan studi melihat efek vaksinasi yang dilakukan sebelum terjadi penularan dan menemukan bahwa penerima vaksin lebih kecil kemungkinannya mengalami gejala long COVID dibanding orang-orang yang belum divaksin.

"Riset-riset itu membandingkan gejala long COVID sebelum dan sesudah vaksinasi. Dari situ, ditemukan bahwa gejala penerima vaksin yang terpapar virus, lebih cepat membaik ketimbang kondisi yang dialami orang-orang yang tidak divaksin."

Baca Juga: Mengapa Vaksin Booster Diberikan Kombinasi Vaksin yang Berbeda?

2. Jika gejala long COVID lebih dari empat pekan, hubungi dokter

ilustrasi vaksinasi COVID-19 (pixabay.com/KitzD66)

Bagi sebagian besar orang, gejala long COVID berlangsung singkat dan sembuh seiring berjalannya waktu. Namun, bagi sejumlah orang gejala tersebut bisa menjadi lebih parah dan mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.

"Apabila Anda mengalami gejala yang tak biasa, terutama selama lebih dari empat pekan setelah infeksi, Anda harus berpikir untuk menghubungi dokter," tulis hasil riset itu yang dilansir ANTARA dari Anadolu.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya