TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WHO Terbitkan Rekomendasi Obat COVID-19 Molnupiravir Awal Februari

WHO juga evaluasi obat COVID-19 buatan Pfizer

Molnupiravir, kandidat obat COVID-19 dari Merck-Ridgeback (merck.com)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih meninjau pil antivirus COVID-19 molnupiravir buatan Merck dan kemungkinan akan merekomendasikannya awal Februari. Hal itu diumumkan WHO pada Jumat (15/1/2022).

Di Tanah Air, Badan Pengawas Obat dan Makanan  (BPOM) Republik Indonesia menerbitkan Emergency Use Authorization atau persetujuan penggunaan dalam kondisi darurat obat COVID-19, Molnupiravir.

Obat ini berupa kapsul 200 mg yang didaftarkan PT Amarox Pharma Global dan diproduksi Hetero Labs Ltd., India. Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan obat ini diindikasikan untuk pengobatan infeksi COVID-19 ringan sampai sedang pada pasien usia 18 tahun ke atas.

Baca Juga: Obat COVID-19 Molnupiravir Diproduksi di Indonesia April 2022  

Baca Juga: BPOM Terbitkan EUA Obat COVID-19 Molnupiravir, untuk 18 Tahun ke Atas

1. Hasil evaluasi pil buatan Pfizer diprediksi akhir Februari

Proses pembuatan vaksin COVID-19 oleh Pfizer (Facebook.com/Pfizer)

Kepala manajemen klinis WHO, Janet Diaz, menyebutkan Grup Pengembangan Pedoman WHO juga siap untuk mengevaluasi pil buatan Pfizer sebagai obat COVID-19.

"Kami akan melihat data (pil Pfizer) pada Februari dan untuk pengumumannya kemungkinan pada akhir bulan itu," kata dia

2. Ada sejumlah terapi lain untuk COVID-19

(Obat COVID-19 yang diproduksi UNAIR) www.news.unair.ac.id

Pada Kamis, panel WHO menyarankan penggunaan dua obat buatan Eli Lilly dan GlaxoSmithKline/Vir Biotechnology untuk mengobati pasien COVID-19. Menurut panel, opsi pengobatan di tengah penyebaran varian Omicron membuat banyak obat tidak manjur.

Ketika berbicara mengenai pengobatan antibodi monoklonal, Diaz menuturkan bahwa sejumlah monoklonal memperlihatkan gangguan netralisasi terhadap Omicron yang sangat menular dan mungkin kurang ampuh untuk melawannya.

Namun, ia berpendapat bahwa terapi itu bukan merupakan perubahan besar sebab saat ini tersedia berbagai opsi terapi untuk COVID-19. "Kami juga sedang meneliti pil antivirus untuk pengembangan resistensi."

Baca Juga: FDA Setujui Obat COVID-19 Merck

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya