TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

600 Peserta Jambore di Korsel Sakit Akibat Gelombang Panas

Suhu luar ruangan mencapai 35 derajat celcius

ilustrasi pemanasan global (unsplash.com/Markus Spiske)

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) melaporkan sedikitnya 600 peserta jambore pramuka dunia jatuh sakit akibat gelombang panas. Pemerintah segera mengirimkan puluhan dokter dan perawat militer ke lokasi acara.

Jambore dihadiri sekitar 43 ribu orang dari berbagai dunia, yang menjadikannya sebagai perkemahan pemuda terbesar di dunia. Tahun ini acara digelar di provinsi Jeolla Utara, di mana ada peringatan gelombang panas dengan suhu mencapai 35 derajat celcius.

Ada sekitar 400 kasus kelelahan imbas gelombang panas pada malam pertama di perkemahan, kata penyelenggara. Mereka yang sakit langsung dirawat di rumah sakit darurat di perkemahan.

"Sebagian besar dari mereka mengalami gejala ringan, seperti sakit kepala, pusing, dan mual, dan semuanya kembali ke tempat perkemahan mereka," kata seorang petugas pemadam kebakaran di provinsi Jeolla Utara, barat daya Seoul, dilansir Al Jazeera.

Baca Juga: Memasuki Usia 50 Tahun, Hubungan RI-Korsel Diprediksi Makin Mesra

1. Para peserta diingatkan untuk tetap terdehidrasi

Ilustrasi pemanasan global, perubahan iklim (IDN Times/Aditya Pratama)

Para peserta berkemah di area tanah reklamasi yang suhunya diperkirakan mencapai 35 derajat celcius pada Kamis (3/8/2023).

Secara nasional, setidaknya 16 orang telah meninggal karena panas sepanjang tahun ini.

Peserja jambore asal Inggris, Bear Grylls, mendesak para peserta untuk tetap terdehidrasi.

"Itu panas. Tolong jaga satu sama lain,” katanya.

Badan cuaca Korsel memperkirakan, gelombang panas akan berlangsung hingga minggu depan. Adapun jambore akan berakhir pada 12 Agustus.

2. Kecewa dengan panitia yang tidak antisipatif

ilustrasi pemanasan global (IDN Times/Aditya Pratama)

Perdana Menteri Korsel, Han Duck-soo, memerintahkan 30 dokter militer dan 60 perawat untuk pergi ke kamp guna menangani keadaan darurat.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri dan Keselamatan Lee Sang-min meminta lebih banyak ambulans, bus antar-jemput, dan AC untuk tetap siaga.

Kristin Sayers, orang tua dari peserta jambore asal Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa putranya harus tidur di tanah karena tenda belum siap.

“Motto pramuka adalah 'Bersiaplah'. Bagaimana penyelenggara bisa begitu tidak siap? Saya kecewa mimpi putra saya lebih terlihat seperti mimpi buruk," katanya, dilansir Reuters.

Baca Juga: Investor Korsel Lebih Tertarik Investasi di Vietnam daripada Indonesia

Verified Writer

Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya