TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Donald Trump Akan Desak Ukraina Relakan Krimea-Donbass

Akan diberikan ke Rusia

Mantan Presiden AS, Donald Trump. (facebook.com/DonaldTrump)

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan rencana rahasianya untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Ia menyinggung akan mendesak Ukraina untuk menyerahkan Krimea dan Donbass kepada Rusia. 

Sebelumnya, Trump sudah beberapa kali menyuarakan agar tidak lagi mendukung Ukraina dalam melawan agresi militer Rusia jika terpilih kembali dalam kampanye politiknya. Ia bahkan sempat menyatakan akan membiarkan Rusia untuk menyerang Eropa. 

Baca Juga: Eks Penasihat Keamanan AS: Trump Tak Cukup Cerdas untuk Jadi Diktator 

1. Trump sebut Ukraina-Rusia butuh keamanan

Trump menyatakan bahwa ia dapat mengadakan negosiasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina dalam waktu 24 jam setelah terpilih sebagai Presiden AS. Ia menyebut Rusia dan Ukraina sama-sama membutuhkan tempat aman. 

"Rusia-Ukraina sama-sama menginginkan sebuah wajah aman dan menginginkan jalan keluar dari konflik ini. Sebagian rakyat Ukraina juga menerima untuk menjadi bagian dari Rusia," ungkapnya pada Minggu (7/4/2024), dikutip The Washington Post.

Sementara itu, juru bicara kampanye Donald Trump, Karoline Leavitt mengungkapkan bahwa Trump hanya berniat untuk menghentikan pembunuhan imbas dari perang yang sedang berkecamuk saat ini. 

Kebijakan luar negeri Trump disebut lebih menekankan pada ancaman China terhadap kepentingan AS. Ia bahkan punya pandangan agar Rusia mengurangi ketergantungan kepada China dalam bidang militer, industri, dan ekonomi. 

2. Kebijakan Trump disebut tetap sulit damaikan Rusia-Ukraina

Pakar Rusia dari Brookings Institution Fiona Hill menyatakan keraguan terhadap upaya perdamaian yang disampaikan Trump. Ia menyebut Trump akan lebih mementingkan urusan dalam negeri AS bukan masalah Rusia-Ukraina. 

"Tim Trump lebih berpikir pada kondisi di dalam negeri dan menganggap ini hanyalah masalah Ukraina dan Rusia. Mereka berpikir bahwa ini adalah sengketa teritorial dibandingkan sebuah ancaman terhadap masa depan keamanan Eropa dan dunia sebagai dampak lanjutan," ujarnya. 

"Saat ini, Kiev masih menguasai mayoritas dari teritori dan segala upaya dalam menyelesaikan konflik dengan pemberian teritori tentu masih perlu dinegosiasikan kembali. Kecuali jika, keduanya setuju untuk membekukan garis depan dengan persetujuan," tambahnya. 

Hill menambahkan bahwa negara-negara Eropa akan menolak kebijakan Trump soal perjanjian dengan Moskow. Nantinya, AS akan mengangkat sanksi kepada Rusia dan seluruh sanksi akan bergantung pada negara-negara Eropa. 

Baca Juga: Ukraina Klaim Serang 2 Kapal Pendarat Rusia di Semenanjung Krimea

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya