TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PM Estonia Tidak Takut Dijadikan Buronan di Rusia

Terus menyatakan dukungan kepada Ukraina

Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas. (twitter.com/kajakallas)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas, pada Minggu (18/2/2024), mengaku tidak takut intimidasi soal namanya di dalam daftar buronan di Rusia. Ia juga menyatakan penolakan terhadap sikapnya untuk mendukung penuh Ukraina di tengah invasi skala besar Rusia. 

Pekan lalu, Kaja Kallas dan puluhan pejabat di negara-negara Baltik, termasuk Latvia, Lithuania, dan Estonia sudah dimasukkan dalam daftar buronan oleh Moskow. Pejabat tersebut disebut bersalah karena mendukung pengrusakan monumen peninggalan Uni Soviet di negaranya. 

1. Kallas merasa langkah Rusia tidak berdampak baginya

Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas saat mengahadiri pertemuan. (twitter.com/kajakallas)

Kallas mengatakan bahwa Rusia hanya ingin mengintimidasinya terkait segala keputusan yang diambil oleh pemerintahannya. Ia mengaku tak gentar akan segala tindakan yang diambil Rusia kepadanya. 

"Masuknya nama saya dalam daftar buronan di Rusia hanya bertujuan mengintimidasi sehingga saya menarik semua keputusan yang diambil. Namun, ini hanyalah strategi umum Rusia. Ini tidak mengejutkan dan kami tidak takut," terangnya, dikutip Reuters

Ia menekankan, risiko penangkapannya hanya terjadi jika Kallas menyeberang langsung ke teritori Rusia. Ia menyebut masuknya dalam daftar buronan Rusia tidak memiliki konsekuensi besar baginya. 

"Ini memang sulit menjadi sosok populer. Rusia sudah melihat itu dan maka dari itu mereka memutuskan perintah penangkapan untuk menekankan argumen terbesar melawan saya, bahwa saya adalah provokator bagi Rusia," sambungnya.

Baca Juga: Rusia Masukkan PM Estonia ke Daftar Orang yang Dicari

2. Kallas mengaku optimis dengan situasi di Ukraina

Dalam KTT Keamanan Muenchen, Kallas mengatakan optimismenya dalam Perang Ukraina pada tahun ini. Ia pun menekankan, Ukraina hanya meminta bantuan militer dari Barat dan tidaklah banyak. 

"Dalam sisi positif, banyak negara yang sadar bahwa masih banyak yang perlu diselesaikan. Namun, banyak pula negara yang masih belum menyadarinya dan masih menyimpan senjatanya di gudang yang seharusnya dapat digunakan di Ukraina," ungkap Kallas, dikutip ERR

Ia menyatakan keinginan Estonia untuk mengombinasikan sektor teknologi tinggi dengan industri pertahanan tradisional untuk membantu Ukraina dan meningkatkan pertahanannya. 

"Industri militer tidak dapat mengikuti peningkatan permintaan saat ini. Maka dari itu, kami harus berpikir lebih jauh, bagaimana kita dapat bergerak cepat dan membangun senjata yang lebih baik dan cerdas, serta harus melihat dari berevolusi teknologi terkini," tambahnya. 

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya