Rwanda Tolak Desakan AS untuk Tarik Pasukannya dari RD Kongo
Klaim pasukannya bertugas mengamankan negara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Rwanda, pada Senin (19/2/2024), menolak desakan Amerika Serikat (AS) untuk menarik sistem misil dan pasukannya di teritori Republik Demokratik Kongo. Pihaknya menekankan bahwa persenjataan tersebut penting untuk pertahanan negara melawan RD Kongo.
Belakangan ini, hubungan RD Kongo dan Rwanda terus memanas di tengah tudingan Kigali mendukung pemberontak M23. Pada Desember lalu, PBB juga sudah memperingatkan ketegangan kedua negara akan semakin memperparah krisis keamanan di RD Kongo bagian timur.
1. Rwanda sebut AS tidak kredibel menjadi mediator dengan RD Kongo
Kementerian Luar Negeri Rwanda menyatakan, keberadaan tentara RD Kongo dan sejumlah pemberontak di perbatasan merupakan ancaman keamanan nasional. Pihaknya juga menyebut tentara itu adalah pelaku genosida di Rwanda pada 1994.
"Pemberontak FDLR yang menjadi pelaku genosida sudah resmi masuk ke dalam tentara Republik Demokratik Kongo. Maka dari itu, kami menolak desakan untuk menarik pasukan dan persenjataan kami di sana," ungkapnya, dikutip Africa News.
Kemlu menerangkan, pernyataan AS semakin meragukannya untuk menjadi penengah ketegangan antara RD Kongo dan Rwanda.
"Perubahan kebijakan AS secara tiba-tiba ini jelas menunjukkan kurangnya koordinasi internal. Ini membuat Rwanda mempertanyakan kesanggupan AS untuk menjadi mediator yang kredibel di kawasan Great Lakes Afrika," sambungnya.
Baca Juga: AS Kecam Rwanda yang Dukung Pemberontak M23 di RD Kongo
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.