TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ekuador Adakan Referendum untuk Lawan Kekerasan Geng

Geng narkoba menjadikan Ekuador tempat pengiriman narkoba

Ilustrasi bendera Ekuador. (Pixabay.com/TheDigitalArtist)

Jakarta, IDN Times - Warga Ekuador mengadakan referendum mengenai serangkaian tindakan untuk mengatasi kekerasan geng kejahatan pada Minggu (21/4/2024). Para pemilih harus menerima atau menolak 11 pertanyaan, sebagian besar mengenai keamanan.

Ekuador saat ini sedang terguncang akibat meningkatnya kekerasan geng bersenjata. Negara itu telah dijadikan tempat untuk mengangkut narkoba oleh penyelundup kokain di Amerika Latin.

1. Hasil pemungutan suara dapat mengubah konstitusi

Dilansir Reuters, survei menunjukkan pemilih kemungkinan besar akan mendukung tindakan yang diajukan Presiden Ekuador Daniel Noboa. Dia meminta pemilih mendukung patroli gabungan polisi-militer, ekstradisi penjahat, hukuman yang lebih lama karena terorisme dan pembunuhan, serta kejahatan geng narkoba.

Para pemilih juga diminta mempertimbangkan apakah harus ada pengawasan senjata yang lebih ketat di wilayah yang dekat dengan penjara, tidak adanya pembebasan bersyarat untuk kejahatan seperti penculikan atau pendanaan terorisme, dan apakah militer boleh menggunakan senjata yang disita.

“Hasil referendum ini akan menentukan arah kebijakan yang akan kita ambil. Sebagai pemimpin, kami wajib mematuhi hal ini," ujarnya.

Lima dari langkah-langkah yang direncanakan jika disahkan dapat mengubah konstitusi negara.

Rafaella Jaramillo, seorang mahasiswa dari Guayaquil, berencana untuk memberikan suaranya untuk "menghindari" kejahatan.

“Kami menginginkan perubahan radikal dalam keamanan negara kami dan referendum adalah senjata ampuh untuk memerangi kejahatan,” katanya.

Baca Juga: Ekuador Deklarasikan Keadaan Darurat imbas Krisis Energi

2. Kekerasan di Ekuador

Dilansir DW, Ekuador mengalami peningkatan kekerasan baru-baru ini, yang terkait dengan geng yang memiliki hubungan dengan kartel internasional. Para penjahat itu menggunakan pelabuhan di Ekuador untuk mengangkut narkoba ke Amerika Serikat dan Eropa.

Pada Januari, seorang pemimpin geng narkoba besar keluar dari penjara dan geng-gengnya menculik puluhan orang, termasuk polisi dan penjaga penjara. Negara itu juga dikejutkan atas serangan terhadap sebuah studio TV selama siaran langsung, yang menewaskan 20 orang.

Atas kekerasan yang terjadi, Noboa menyatakan keadaan dalam konflik bersenjata internal, yang memungkinkan menggunakan kekuatan darurat untuk mengerahkan tentara.

Setidaknya selusin politisi telah terbunuh dalam setahun terakhir, termasuk calon presiden Fernando Villavicencio. Pembunuhan di Ekuador pada tahun lalu telah meningkat menjadi 43 per 100 ribu penduduk, naik dari enam kasus pada 2018.

Verified Writer

Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya