TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PM Israel Sebut 82 Persen Lansia Sudah Disuntik Vaksin COVID-19

Ditargetkan mencapai 95 persen dalam waktu dekat

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (www.twitter.com/@netanyahu)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato di acara The Davos Agenda World Economic Forum (WEF) pada Rabu (27/1/2021). Dalam kesempatan tersebut, ia mengklaim Israel menjadi salah satu negara tercepat di dunia dalam vaksinasi COVID-19.

Menurut Netanyahu, Israel telah menyuntikkan vaksin virus corona kepada 82 persen dari total populasi orang lanjut usia (lansia) atau di atas 60 tahun. Ia menargetkan vaksinasi terhadap lansia bisa mencapai 95 persen dalam waktu dekat.

“Akan ada lebih banyak (mutasi) di masa depan. Itu artinya kami harus balapan secepat yang kami bisa,” kata Netanyahu dihadapan Presiden WEF, Børge Brende.

Baca Juga: Memuaskan! Data Awal Vaksinasi Pfizer di Israel Menunjukkan Harapan

Dalam kesempatan itu, Netanyahu menyatakan harapannya Israel bisa menjadi laboratorium dunia terkait kekebalan kawanan (herd immunity).

Ia menjelaskan hal tersebut dimungkinkan karena sistem kesehatan dan jaminan sosial di Israel sangat baik. Menurutnya, 98 persen warga Israel memiliki catatan digital sejak 20 tahun lalu.

Israel telah menawarkan untuk membagikan informasi itu untuk menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan terkait kesehatan saat ini. Misalnya terkait tingkat penyebaran dan pencegahan virus corona.

“Hal yang penting adalah bahwa Israel dapat berfungsi sebagai kasus uji global, bukan untuk eksperimen berbahaya, tetapi untuk memahami apa manfaat penggunaan inokulasi untuk membuka ekonomi,” kata Netanyahu.

1. Israel ingin jadi laboratorium dunia terkait herd immunity

Ilustrasi Vaksin. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

2. Israel tutup bandara demi mencegah varian baru virus corona

Perdana Menteri Israel Netanyahu. Foto : Twitter / @netanyahu

Netanyahu mengumumkan Israel telah menutup bandaranya selama sepekan, mulai dari Senin (25/1/2021). Langkah tersebut, ia mengatakan, dilakukan untuk mencegah penyebaran varian baru virus corona.

“Semua mutasi virus yang Anda lihat, Anda terlambat dua minggu ketika Anda melihatnya. Dan yang baru, Anda tidak akan mengetahuinya selama beberapa minggu lagi. Itu sebabnya kami harus menutup penerbangan,” ujarnya.

Baca Juga: Lonjakan COVID Terjadi, Optimisme Vaksinasi Israel Anjlok

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya