Anwar Ibrahim Klaim Rebut Kursi PM Malaysia dari Muhyiddin Yassin
Muhyiddin mengklaim ia masih PM Malaysia yang sah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Situasi politik di Malaysia kembali menghangat di tengah pandemik COVID-19. Pemimpin kelompok oposisi, Anwar Ibrahim mengklaim telah memiliki mayoritas suara parlemen untuk menjadi perdana menteri baru Malaysia.
Dikutip dari harian Singapura,The Straits Times, Rabu 23 September 2020, Anwar juga menyebut pemerintahan yang dipimpin oleh Muhyiddin Yassin telah kolaps. Kendati mengklaim telah memiliki suara mayoritas, namun Anwar enggan menyebut berapa banyak suara anggota parlemen yang berhasil dia kantongi.
Tetapi, sesuai ketentuan yang berlaku di Malaysia, butuh minimal 112 suara dari anggota parlemen dari 222 suara yang ada. Sebelumnya, bila menghitung, maka koalisi dari tiga partai di bawah nama Pakatan Harapan telah memiliki 91 suara anggota parlemen. Ketika menggelar jumpa pers di sebuah hotel pada Rabu kemarin, Anwar mengatakan suara itu terus bertambah dengan bergabungnya anggota parlemen dari aliansi Perikatan Nasional.
"Kami memiliki (suara anggota parlemen) mayoritas, kuat, meyakinkan dan kokoh. Kita membutuhkan sebuah pemerintahan yang stabil untuk mengelola dan menyelamatkan negara ini," ungkap pria yang pernah menjadi Wakil Perdana Menteri itu pada Rabu kemarin.
"Dengan adanya dukungan mayoritas yang jelas dan tidak terbantahkan, maka pemerintahan yang dipimpin oleh Muhyiddin Yassin telah jatuh," tutur Anwar lagi.
Jadi, siapa PM Malaysia saat ini?
Baca Juga: Prabowo Bertemu Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur
1. Anwar Ibrahim harus meyakinkan Raja Malaysia agar ia dilantik jadi perdana menteri
Kini, kunci penentuan nasib Anwar ada di tangan Raja Malaysia atau yang disebut Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah. Sebab, dialah yang memiliki kewenangan untuk melantik Anwar menjadi perdana menteri.
Menurut laporan Malay Mail pada Rabu kemarin, skenario mungkin saja terjadi bila Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) itu memiliki dukungan mayoritas. Sejauh ini, politikus berusia 73 tahun tersebut mengklaim telah mengamankan suara dari 129 anggota parlemen. Angka itu bisa meningkat menjadi 138 kursi.
Sedangkan, saat ini mayoritas kursi parlemen yang dikendalikan oleh Partai Perikatan Nasional yang dipimpin oleh PM Muhyiddin Yassin, mencapai 113 kursi. Skenario kedua yang bisa dipilih oleh raja asal Pahang itu yakni membubarkan parlemen dan menggelar pemilu dini.
Tetapi, untuk menggelar pemilu dini juga dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi saat ini kondisi perekonomian Negeri Jiran sudah ambruk akibat pandemik COVID-19. Pemilu Malaysia paling lambat digelar pada Mei 2023.
Baca Juga: 4 Kenangan Anwar Ibrahim tentang Almarhum Habibie