Dubes Lutfi Temui Presiden Donald Trump, Sampaikan Salam dari Jokowi
Dubes Lutfi ajak AS perangi pandemik COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Muhammad Lutfi, menemui Presiden AS Donald J. Trump pada 17 September 2020. Lutfi yang kini mewakili Pemerintah Indonesia di Negeri Paman Sam, menyampaikan salam dan pesan Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk Trump. Dalam keterangan tertulis KBRI Washington DC, Lutfi terbang ke Negeri Paman Sam selang tiga hari setelah dilantik Jokowi.
"Pada saat menyerahkan surat-surat kepercayaan tersebut, Dubes Lutfi menyampaikan salam hangat dari Presiden Jokowi dan rakyat Indonesia kepada Presiden Donald Trump dan rakyat Amerika. Salam hangat tersebut disambut baik oleh Presiden Trump," demikian keterangan tertulis KBRI Washington DC pada Minggu, 20 September 2020.
Negeri Paman Sam bukanlah negeri yang asing bagi Lutfi, lantaran sebelumnya ia juga pernah menuntut ilmu di Universitas Purdue, Indiana. Karena bertugas di tengah situasi pandemik COVID-19, maka salah satu prioritas Lutfi setelah berada di AS, yakni ingin menggandeng Pemerintah Negeri Paman Sam untuk mengatasi penyakit yang kini menewaskan nyaris 200 ribu orang itu.
"Sebagai Duta Besar Indonesia untuk AS, saya juga berkomitmen untuk mempercepat pemulihan ekonomi di masa-masa sulit ini," tutur Lutfi.
Baca Juga: Jokowi dan Trump Berkomunikasi Bahas Bantuan Ventilator untuk COVID-19
1. Kerja sama ekonomi RI-AS jadi lebih berat karena Indonesia dicoret dari daftar negara berkembang
Presiden Donald Trump pada 2019 lalu memutuskan mencabut status negara berkembang yang disematkan kepada Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dampaknya, fasilitas yang umumnya diberikan kepada negara-negara berkembang seperti pemotongan bea masuk terancam akan dihapus.
Pencabutan status tersebut juga berpotensi menghilangkan fasilitas Official Development Assistance (ODA). Melalui ODA, negara-negara berkembang tidak hanya mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal tetapi juga bunga pinjaman yang rendah.
Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Suharso Monoarfa menilai, kebijakan yang ditempuh oleh Trump itu bisa berdampak ke Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Beban keuangan Indonesia, kata Suharso, akan bertambah.
"Kalau sudah seperti itu (dicoret dari daftar negara berkembang) maka fasilitas pinjaman (bunganya) tidak akan lagi murah," tutur Suharso kepada media, 24 Februari lalu.
Berdasarkan data, nilai ekspor Indonesia ke AS pada 2019 mengalami penurunan 3,8 persen menjadi US$17,7 miliar. Namun, Lutfi optimistis bisa mendorong kerja sama perdagangan dan investasi kedua negara jadi lebih kuat.
Baca Juga: RI Coba Jajaki Kerja Sama Vaksin COVID-19 dengan Amerika Serikat